Ini akan menjadi buku favorit saya, dan tidak mengherankan jika penjualan buku ini luar biasa dan sukses di pasar. Saya yakin buku The Subtle Art of Not Giving A Fuck, “Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat”, masih sangat populer hingga saat ini. Sebagai salah satu orang yang mempelajari karya Mark Manson, pendapatnya tentang “Salah Kaprah Tanggung Jawab” mengagumkan saya.
Sebelumnya, saya harus akui bahwa saya seorang yang suka mengasihani diri sendiri. Saya akan berpikir bahwa seseorang atau hal lain bertanggung jawab atas perasaan saya kapan pun saya terluka, dikecewakan, atau marah. Oleh karena itu, masuk akal bahwa Mark menampar saya melalui tulisannya.
Karena latar belakang saya, saya lemah, tidak suka beramai-ramai, dan sering menjadi korban pelecehan saat kecil, yang paling buruk adalah mendapatkan diskriminasi dari keluarga saya. Mungkin orang yang menjadi anak kedua dari tiga bersaudara dapat memahami diskriminasi yang saya alami. Saya mendapatkan sedikit pemahaman tentang cara dunia berfungsi setelah membaca buku ini.
Menurut Mark (hal. 115), banyak orang enggan bertanggung jawab atas masalah mereka sendiri karena mereka percaya bahwa bertanggung jawab berarti menjadi pihak yang dipersalahkan. Apakah Anda juga berpendapat seperti itu?
Sebenarnya, budaya lah yang membentuk pola pikir tersebut. Mari ambil 2 contoh berbeda:
1) Saya menabrak Anda dengan mobil. Di sini, saya adalah 2 pihak sekaligus = bersalah dan bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi. Sengaja ataupun tidak, saya harus bertanggung jawab.
2) Saya menemukan bayi di depan pintu. Di sini, saya tidak melakukan kesalahan apa-apa, bukan? Tapi, saya masih harus bertanggung jawab mau melakukan apa pada sang bayi itu; merawatnya, menyerahkan ke panti, atau pura-pura tidak tahu atau bahkan membuangnya. Sudah lihat perbedaannya?
Mark dengan bijaknya memperbaiki kekeliruan pemikiran saya, bahwa bertanggung jawab itu tidak sama dengan menjadi pihak yang salah. Alih-alih, tanggung jawab lebih mirip dengan hal2 yang Anda pilih untuk lakukan. Seperti membaca tulisan ini / menyimak tulisan tulisan dengan mengangkat objek 18+ dg jawaban anonim yang cukup mendapatkan pasar di qoura dan saya juga salah satu market mereka wkwkwkwk
Lalu perlu untuk digarisbawahi: Anda selalu bisa memilih seperti apa bentuk tanggung jawab yang Anda ambil. Dan, tidak ada seseorang yang bertanggung jawab atas perasaan/keadaan Anda kecuali diri Anda sendiri (hal. 116)
Bagaimana maksudnya? Memang mudah menyalahkan pacar yang menyakiti hati Anda, tetapi rasa tidak bahagia itu sesungguhnya merupakan tanggung jawab Anda sendiri: Bagaimana Anda melihat rasa sakit hati itu? Apa yang Anda lakukan berikutnya? Bagaimana Anda bereaksi terhadapnya? Apakah anda akan tetap berharap dan menunggu dia datang kepada anda dan memohon ampun atas apa yang dia perbuat atau anda malah acuh tak acuh dan berfikir kalau dunia anda tidak akan hancur hanya karena ditinggalkan oleh 1 wanita dan mencari pengantinya.
Bukankah semua itu adalah hal-hal yang ada dalam kendali Anda? Bukankah selama ini Anda sendiri yang memilih “nilai-nilai” dan “takaran” yang Anda gunakan untuk memandang kehidupan Anda sendiri?
Bagian ini benar-benar menyadarkan saya bahwa memang ada perbedaan jelas antara:
1) Menyalahkan orang lain atas situasi yang menimpa saya;
2) Situasi di mana orang lain yang harus bertanggung jawab;
3) Kenyataan bahwa perasaan saya adalah tanggung jawab saya secara pribadi.
Bagian terakhir yang membuat saya merenung lebih dalam adalah kenyataan kalau semua orang selalu berebutan untuk bertanggung jawab atas hal-hal baik seperti kesuksesan. Namun saat masalah yang datang, kita suka menyalahkan orang lain. Padahal, itu tidak akan menyelesaikan masalah.
Contoh sederhana yang sering kita dapat adalah seperti ini
Seperti halnya di medsos, buat tulisan, atau berkomentar. Terkadang di bully, di hujad, padahal mencerahkan. Sakit hati bacanya. Kalo di balas malah menjadi jadi. Kenal jg kagak, ga punya masalah pribadi, kok gampang banget ngatain bodoh, bla bla bla. Jln pintasnya, abaikan.
Lupakan sakit hati.
Dan abaikan, Sebab hanya akan menambah keruwetan kalo di tanggapi. Mending belajar dari politisi di medsos. Di hujad, di bully bukan sesuatu yg mengerikan dan di takuti.
Sumber @wildemm
sedikit tambahan, ya?
Bagi mereka yang belum membaca buku ini, takut mengeluarkan uang untuk membeli, atau ingin mencari di internet tetapi tidak ingin mengalami kesulitan yang rumit,
Silahkan kirimkan pesan Anda di sini. Saya akan memberikan Anda buku “The Art of Being Fool” secara gratis.
Orang-orang menjual ebook seharga 5000 perak di toko buku, dan buku cetak seharga sekitar 20 juta.