Aku sangat mencintai diriku sendiri! Dulu aku selalu ingin menyenangkan orang lain dan sering merasa tidak nyaman dengan segala hal! Aku selalu mengutamakan orang lain, terutama teman-teman, dan cenderung mengorbankan diriku sendiri.
Tapi suatu hari, aku berpikir sampai kapan aku akan seperti ini? Semakin lama, aku yang dirugikan dan orang lain sepertinya tidak peduli meskipun mereka tahu bahwa aku merasa tidak nyaman dengan mengiyakan semua permintaan mereka. Itu adalah titik balikku untuk mengutamakan diriku sendiri.
Aku mulai menolak untuk pergi dan menghabiskan waktu bersama mereka karena aku merasa lelah. Ini karena aku selalu mengiyakan meskipun aku lelah dan butuh istirahat. Belajar untuk menolak dan mengatakan tidak menjadi prioritas utamaku untuk keluar dari kebiasaan menyenangkan orang lain!
Sejak saat itu, aku mengutamakan hidupku dan selalu bertanya pada diriku sendiri:
– Apakah aku menyukainya?
– Apakah itu bermanfaat?
– Apakah aku mampu melakukannya dan memungkinkannya?
Jadi, fokus utama saya pada saat itu adalah mencapai tujuan hidup dan mewujudkan impian di masa depan. Oleh karena itu, segala hal yang saya lakukan harus sesuai dengan hal tersebut.
Saya juga berani dan tegas untuk menghindari orang-orang yang tidak memberikan pengaruh positif bagi diri saya, seperti orang yang selalu mengeluh dan kurang bersyukur, apalagi jika suka menggosip tentang orang lain.
Saya juga lebih suka berteman dengan orang-orang yang membicarakan ide-ide dan topik-topik menarik. Oleh karena itu, saya cukup selektif dalam memilih siapa yang dekat dengan saya. Karena ketika kita bertemu secara intens, kita saling mempengaruhi dalam pemikiran, energi, dan citra diri.
Teman-teman kita akan mempengaruhi kita, baik itu orang yang kita ikuti di media sosial maupun lagu-lagu yang kita dengarkan. Semua hal tersebut akan membentuk diri kita.