Semakin cepat kita menangani anak-anak yang tertinggal, semakin baik hasilnya. Semakin mereka tumbuh, semakin sulit untuk mengubah situasinya. Saya yakin bahwa kesulitan dalam matematika bukanlah masalah IQ, karena IQ dapat ditingkatkan dengan pendekatan yang tepat.
Saran saya: Temukanlah guru yang sesuai untuk mengatasi masalah ini.
- Masalah mental. Salah satu masalah terbesar yang dialami anak-anak adalah merasa tidak mampu dan kehilangan kepercayaan diri. Guru yang tepat akan membantu mengembalikan kepercayaan diri mereka, sehingga anak-anak tahu bahwa mereka bisa berhasil jika mereka mau berusaha, bertanya, dan mencari bantuan.
- Perkembangan otak. Setiap anak memiliki perkembangan otak yang berbeda dan unik. Guru yang tepat akan membantu anak-anak memahami sesuai dengan kapasitas mereka sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka. Meskipun para ahli belum sepenuhnya memahami otak, ada kasus di mana anak-anak tidak memahami penjelasan yang diberikan oleh guru (sebaiknya jangan dipaksa, terutama jika situasinya menjadi tidak menyenangkan yang akan membuat anak enggan belajar). Besoknya, penjelasan dapat diulang kembali. Jika anak masih belum memahami, kejadian ini bisa terulang beberapa kali, kemudian tiba-tiba mereka akan mengerti. Cara kerja otak masih merupakan misteri. Anak yang tidak memahami bukan berarti bodoh. Mungkin cara kerja otak mereka berbeda dari anak-anak lainnya. Terkadang, seorang jenius bisa dianggap bodoh hanya karena guru yang tidak memahami.
- Cara Belajar. Ada anak-anak yang lebih memahami dengan mendengarkan penjelasan, ada yang lebih memahami dengan melihat, dan ada juga yang perlu mencoba langsung untuk memahaminya. Tidak ada cara belajar yang lebih baik dari yang lain, guru yang memahami cara belajar anak akan memudahkan mereka dalam mempelajari sesuatu.
- Kebiasaan Belajar. Menjadi gemar belajar dapat menjadi kebiasaan, oleh karena itu sangat penting untuk menciptakan suasana dan kebiasaan belajar yang tepat dan menyenangkan bagi anak-anak. Dengan demikian, belajar tidak akan menjadi beban, anak-anak akan merasa nyaman tidak hanya ketika mudah, tetapi juga ketika sulit,