Karena harga properti terus meningkat setiap tahunnya
Belum lagi jika Anda mempertimbangkan upah mereka, yang mungkin hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyak generasi Z memilih untuk tinggal di kos-kosan atau apartemen daripada membeli rumah. Selain tidak ingin membuat hal-hal rumit, mereka adalah generasi yang lahir di era di mana semua aktivitas tidak terlalu rumit. Mereka adalah generasi yang menyukai sat set sat set, liburan, dan banyak yang menjadi independen. menunda pernikahan muda dan bahkan memilih tidak memiliki anak.
Ini belum termasuk Gen Z, yang menjadi generasi sandwich yang membantu orang tua, adik-adik, dan orang tuanya. Saya tidak ingin membeli rumah. Jika tidak, gaji mereka tiga digit.
Mungkin benar bahwa generasi Z tidak tertarik membeli rumah karena Gen X dan Y sudah memiliki properti yang tersedia dan tanah yang strategis dekat dengan sarana mobilitas penduduk telah dikuasai oleh generasi sebelumnya. Bahkan harganya dapat mencapai milyaran. Harga akan naik seiring waktu jika disewakan.
Tanah memiliki elastisitas permintaan sama dengan nol (Ed=0) dengan kata lain walau harga berubah, permintaan tetap tidak berubah. Maka tidak heran tanah ini jadi investasi masa tua Gen X dan Y. Mereka dulu membeli tanah dengan harga murah lalu dipergunakan sebagai bisnis masa tua (biasanya dibuat indekos)
Saya pernah bertemu dengan kakek teman saya yang memiliki banyak bisnis kos-kosan di Bandar Lampung. Saya sempat bertanya, “mengapa bisa mempunyai biaya sebanyak ini?” Mereka menjawab, “harga tanah masih murah saat itu, jadi banyak yang membeli setiap tahun, dan itu sangat menguntungkan.”
Jadi gimana? Hehe