Salam, saya seorang perempuan, tapi saya ingin berbagi pengalaman orang tua saya yang berselingkuh.
Sebenarnya, ayah saya sangat setia. Namun, situasi ayah saya yang kurang menyenangkan adalah gajinya lebih kecil daripada gaji ibu saya (maaf saya tidak bisa menyebutkan pekerjaannya untuk menghormati dia berdua). Tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan keluarga semakin meningkat seiring berjalannya waktu, terutama ketika saya mendekati usia kuliah. Sementara ibu saya adalah pekerja yang sangat keras, ayah saya tidak malas bekerja; dia lebih seperti orang yang tidak terlalu “ngoyo”.
Bisa dibilang hampir sebagian besar kebutuhan kuliah saya & kebutuhan keluarga pun ditanggung oleh ibu saya. Meski begitu, Ayah saya setiap bulan selalu mengirimkan uang saku semampu beliau (misal pendapatan per bulan 900ribu, 200–300ribunya ditransfer utk uang saku saya). Awal2 ibu tdk keberatan karena saya juga part time selama kuliah utk membantu meringankan beban orgtua.
Namun lama kelamaan Ibu sepertinya agak lelah krn kebutuhan makin meningkat namun ayah kurang greget dlm mencari uang.
Sampai akhirnya Ibu saya punya “pacar diam2” dg teman sekolahnya dulu yg sudah berkeluarga juga, sebut saja Om X. Bagaimana saya tahu? Krn saya pernah membaca pesan facebook ibu saya dg Om X tsb. Om X ini sebenarnya tinggal berbeda pulau dg kami namun mereka intens berkomunikasi & tak jarang Om X ini pulang kampung ke rumah org tuanya di kota kami.
Dan sepertinya Om X sering membantu ibu saya dlm hal financial. Hal itu berlangsung cukup lama sekitar 5–6 tahunan. Pernah suatu hari ibu saya ijin keluar kota kpd kami sekeluarga dg alasan pekerjaan, namun ternyata saya mengetahu dia pergi dg Om X tsb. Saya tidak berani menegur ibu saya krn kami pasti bertengkar sebab watak kami berdua sama2 keras & ibu saya bisa mengeluarkan sumpah2nya yg kurang baik jika sdg marah. Saya selalu ketakutan jika Ibu sampai menyumpahi saya saat kami beradu argumen.
Melihat apa yg dilakukan ibu saya tsb, saya hanya bisa menangis meratapi nasib keluarga saya. Malangnya Ayah saya & prihatin serta serba salah dg ibu saya.
Saya tidak tau ayah saya mengetahui hal tsb atau tidak. Tapi feeling saya, ayah saya tahu namun beliau diam saja krn merasa sering tidak bisa membahagiakan ibu saya.
Sampai di 2 tahun terahir saya kuliah, ibu & adik saya ternyata tdk pernah tidur di rumah dan lebih memilih tidur di rumah kakek saya (jaraknya dekat sekitar 750m saja). Awalnya keluarga saya hanya sementara mengungsi ke rumah kakek saya krn rumah saya kebanjiran. Namun setelah banjir usai, ibu & adik saya malah tidak kembali ke rumah, hanya ayah saya. Ibu & adik pulang ke rumah hanya siang hari sepulang sekolah/kerja untuk beberes rumah, cuci baju, nonton tv dsb tapi malamnya selalu kembali tidur d rmh kakek saya. Memang rumah saya kurang nyaman untuk tempat tinggal 3 orang (krn saya kos kuliah d luar kota) & adik saya juga sudah mulai dewasa. Sedangkan d rmh kakek saya itu lebih nyaman krn ada kamar yg lebih luas.
Saya sedih melihatnya setiap kali saya mudik dua minggu sekali. Ayah saya selalu tidur sendirian di rumah. Saat mudik dari Sabtu ke Minggu, saya kadang-kadang memiliki waktu ekstra. Saya tidur di rumah saya satu malam dan tidur di rumah kakek lagi satu malam.
Sampai suatu hari, saya menemukan pesan teks yang dikirim ke HP ayah saya dari seorang perempuan yang menyatakan bahwa seseorang mengawasi hubungan mereka berdua. Dari sana saya mengetahui bahwa ayah dan perempuan ini “berduaan” di rumah.
Jleb! Saya langsung lemes seketika saat membacanya. Saya sedih sekali membaca itu semua.
Ternyata kedua org tua saya sudah separah ini. Tapi saya juga tidak mampu berbuat apa2. Saya tidak bisa menyalahkan ataupun membenarkan keduanya.
Dan, beberapa bulan kemudian ayah saya terkena kanker yg membuat ayah saya lumpuh & kesulitan berbicara. Ayah saya hanya bisa berbaring saja di kasur & dirawat di rumah sakit selama berbulan2.
Di titik itulah sepertinya mereka sama2 menyadari kesalahan masing2. Meski begitu saya sangat salut dg beliau ber2 saat itu. Ayah selalu terlihat berjuang keras setiap hari utk sembuh dr kanker demi ibu & kami kedua anaknya. Ibu saya juga selalu merawat ayah saya tanpa kenal lelah. Tidak pernah sedetikpun meninggalkan ayah bahkan Ibu sampai cuti kerja. Untungnya saat itu saya sudah punya penghasilan sendiri sehingga sedikit meringankan beban org tua saya.
Selama Ayah saya sakit baik Om X maupun perempuan itu sama2 sudah menjauh dari Ayah Ibu. Sampai akhirnya bbrp bulan kemudian Ayah saya meninggal setelah berjuang melawan kanker ganas tsb.
Saya sangat terpukul atas kepergian ayah saya karena dia tidak bisa membahagiakan almarhum dan saya tahu bahwa almarhum mengalami banyak kesulitan selama hidupnya.
Saya mohon maaf karena saya menggunakan anonim dan tidak menghina keluarga dengan cerita ini; namun, saya ingin berbagi pelajaran.
Fakta bahwa pengertian, komunikasi, kerjasama, dan keikhlasan sangat penting dalam semua hubungan, terutama dalam hubungan pernikahan yang sakral, adalah yang paling penting.
Janganlah menikah jika diri belum siap untuk menjadi seseorang yang ikhlas. Ikhlas terhadap pasangan, anak, keluarga besar & segalanya. Krn saat kita merasa tidak ikhlas maka kita cenderung akan membenarkan diri mencari pelarian untuk memenuhi hal yang kita rasa kurang / tidak nyaman.
Terimakasih