Menurut Howard Gardner, ada 8 jenis intelejensi yang dikenal sebagai multiple intelligence atau kecerdasan jamak. 8 jenis kecerdasan jamak itu adalah:
- Linguistic Intelligence, yang menunjukkan kemampuan anak dalam mengekspresikan dirinya dan orang lain melalui bahasa.
- Logical-mathematical Intelligence, kemampuan dalam memahami angka, kuantitas, dan pemahaman logis.
- Spatial Intelligence, kesadaran dan pemahaman terhadap ruang. Biasanya lebih terlihat dalam seni seperti melukis, atau fotografi.
- Bodily-kinesthic Intelligence, kesadaran terhadap pergerakan tubuh. Contoh: atlet, penari.
- Musical Intelligence, kesadaran terhadap musik dan suara.
- Interpersonal Intelligence, pemahaman terhadap orang lain melalui interaksi.
- Intrapersonal Intelligence, kesadaran terhadap diri sendiri mengenai hal-hal yang bisa atau kurang mampu ia lakukan.
- Naturalist Intelligence, kesadaran dan kepekaan terhadap benda hidup.
Lalu, bagaimana mencari tahu hal tersebut?
Stimulasi
Setiap anak memiliki tahap perkembangan yang harus dicapai. Namun, setiap anak memiliki periode kepekaan yang berbeda karena perkembangan mereka juga berbeda. Meskipun demikian, tugas perkembangan ini umumnya harus dicapai pada usia tertentu. Sebagai contoh, pada usia 5 tahun, anak seharusnya sudah mampu menggunakan pensil dengan tiga jari atau three finger grips. Namun, ada beberapa anak seusianya yang belum mampu melakukannya, sementara ada juga anak di bawah usianya yang sudah mampu.
Dari contoh di atas, memang ada beberapa anak yang perkembangannya sangat cepat. Namun, hal ini perlu didukung dengan stimulasi yang tepat. Untuk mengetahui kecerdasan anak, caregiver perlu memberikan stimulasi yang berhubungan dengan kecerdasan tersebut melalui kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak. Misalnya, memperdengarkan lagu atau memperkenalkan alat musik. Sebagai contoh nyata, keponakan saya yang berusia kurang dari tiga tahun sudah sangat cepat memahami lagu. Ia dapat membedakan setiap lagu dan menyanyikannya dengan nada yang tepat.
Ada masa di mana anak tertarik pada suatu hal. Biarkan mereka mengeksplorasi kegiatan tersebut dan berikan dukungan. Jika anak melakukan kesalahan, tidak perlu menginterupsi. Berikan apresiasi atas proses yang mereka jalani. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anak dan membuat mereka semakin semangat untuk menjalankan eksplorasi dan menghadapi tantangan dari kegiatan tersebut. Proses ini membutuhkan waktu yang panjang dan tidak mudah, tetapi sedikit demi sedikit akan sangat membantu dalam memahami kecerdasan anak dan merangsang kemampuannya.
Bagi anak remaja, terdapat banyak tugas yang harus diselesaikan jika perkembangan usianya sebelumnya belum tercapai. Namun, hal ini bukanlah hal yang tidak mungkin. Anak remaja juga akan melakukan eksplorasi, namun mereka akan lebih tertarik melakukannya bersama teman-temannya. Oleh karena itu, peran orang tua sangatlah penting dalam memberikan arahan. Anak remaja akan penasaran dengan hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Berikanlah arahan dan penjelasan yang objektif dan logis. Dukunglah mereka dalam melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan potensi mereka. Misalnya, jika anak Anda ingin mengikuti kursus komputer, dukunglah sesuai kemampuan Anda sebagai orang tua. Meskipun terkadang sebagai orang tua, Anda mungkin merasa kesal karena telah mengeluarkan banyak uang namun kursus tersebut tidak selesai. Namun, ini adalah masa di mana anak sedang mengeksplorasi minat dan bakatnya, dan dukungan Anda sangatlah penting. Jika anak merasa jenuh atau mengalami kesulitan, ajaklah mereka untuk berbicara. Diskusikanlah bersama mereka. Orang tua dan anak perlu mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan tantangan yang dihadapi anak dalam masa eksplorasi ini, agar anak dapat bekerja keras dan bijaksana dalam mencapai tujuannya. Proses ini tidaklah cepat. Dibutuhkan waktu dan kesabaran. Namun, jika anak terus terstimulasi dan didukung, maka mereka akan terus meningkatkan potensi mereka.
Kecerdasan tidak hanya ditentukan oleh nilai atau peringkat. Nilai hanyalah angka belaka. Seorang anak mungkin mendapatkan nilai 100 tetapi tidak benar-benar memahami pelajaran yang dia pelajari. Sebaliknya, jika seorang anak mendapatkan nilai 60 tetapi benar-benar memahami, hal ini patut diapresiasi. Menghafal itu mudah, tetapi berpikir dan memahami adalah hal yang sulit.