Ada beberapa kisah menarik tentang beberapa mantan karyawan saya yang tidak memanfaatkan potensi mereka dengan baik.
Saya pernah memiliki beberapa karyawan yang memiliki potensi yang besar, tetapi sayangnya mereka “menguap” begitu saja karena beberapa alasan berikut:
- Ada seorang karyawan yang memiliki keahlian teknis yang sangat mendalam. Saya sangat bangga saat mendampinginya dalam presentasi karena mungkin dia adalah salah satu insinyur teknologi Opto Elektronik terbaik yang dimiliki negara ini. Namun, dia tidak bertahan lama karena kesulitan mengendalikan emosinya. Beberapa kali dia terlibat dalam perdebatan panas dengan pelanggan saat membahas desain teknis yang dia tawarkan kepada mereka. Akhirnya, saya meminta dia untuk mengundurkan diri ketika dia mengirim email yang membuka permusuhan kepada rekan kerja yang dianggapnya meragukan bisnisnya. Kemarahan yang dituangkan dalam bentuk tulisan tersebut tidak bisa kami toleransi lagi karena mengganggu ketenangan tim.
- Sekitar lima tahun yang lalu, saya memindahkan seorang karyawan dari bidang administrasi menjadi seorang sales. Saya melakukan rotasi ini karena melihat potensi yang kuat dalam dirinya di bidang penjualan. Ternyata perkiraan saya benar. Dalam waktu kurang dari 3 bulan, dia sudah berhasil “menguasai” klien besar, sebuah bisnis bernilai puluhan miliar. Namun, dia menyia-nyiakan potensinya dengan melakukan penggelapan uang komisi yang seharusnya diberikan kepada pelanggan kami tersebut. Tindakan penggelapan ini hampir membuat perusahaan kami kehilangan pesanan bernilai puluhan miliar.
- Sebelumnya, sekitar 10 tahun yang lalu, saya memiliki seorang karyawan yang hanya lulusan SMA. Kami mempekerjakannya karena memiliki pengalaman yang luas di bidang QC dan proses assembly. Seperti kasus di atas, saya melihat keberanian dan kemampuan interpersonal yang luar biasa dari dirinya, dan kemudian saya memindahkannya untuk menangani klien utama kami. Ternyata penilaian saya tidak salah. Dia diberi kepercayaan oleh klien-klien kami untuk menangani proyek utama mereka. Namun, hal ini tidak berlangsung lama karena tiba-tiba dia mengajukan surat pengunduran diri. Ternyata pesaing kami, sebuah perusahaan keluarga yang memiliki budaya perusahaan yang buruk, menawarinya dengan gaji yang dua kali lipat dari yang dia terima sekarang. Karyawan ini sempat kami tahan ketika kami menjanjikan untuk segera mengirimkannya kuliah. Namun, dia dengan mudah melewatkan kesempatan kuliah gratis tersebut saat kompetitor kami datang kembali dan memujanya. Ternyata dia tidak bertahan lama di perusahaan itu. Terutama karena perusahaan itu menjual produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang mereka janjikan kepada pelanggan. Sampai hari ini, kami tidak pernah lagi mendengar kabar darinya. Kadang-kadang saya masih merasa sedih ketika mengingat mantan karyawan ini, karena dia melewatkan kesempatan emas untuk menjadi “juara” di bisnis kami, hanya karena tawaran jangka pendek yang membutakan matanya.