Ya wajib.
Untuk mencegah penularan HIV dar Ibu pada bayinya. Selain meningkatkan kewaspadaan tenaga medis (bidan, perawat dna dokter) akan risiko tertular HIV.
Ibu yang tak menderita HIV boleh melahirkan normal (per vaginam). Namun Ibu yang terbukti HIV positif, wajib melahirkan secara sesar untuk menghindari penularan HIV dari Ibu pada bayinya.
Metode persalinan yang dianjurkan untuk ibu dengan HIV positif adalah operasi caesar. Jika melakukan persalinan secara normal, bayi akan langsung berkontak dengan darah ibu dan cairan lainnya di jalan lahir. Kondisi tersebut dapat membuat bayi terpapar virus HIV secara langsung.
Perlu diingat, meski sang ibu sudah mengonsumsi obat ARV selama kehamilan, risiko penularan tetap ada. Proses melahirkan melalui operasi caesar dapat menghindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh ibu. Cara ini dapat mengurangi risiko penularan HIV.
Meski memiliki risiko penularan HIV dari ibu ke bayi paling rendah, yaitu sekitar 2 persen, tetapi risiko komplikasi saat dan setelah operasi caesar pada ibu dengan HIV lebih tinggi. Selain itu, kemungkinan dibutuhkan pula perawatan intensif lebih lama di rumah sakit.
Sebagai catatan, bayi yang baru lahir tetap akan mendapatkan pengobatan HIV selama kurang lebih sekitar 4-6 minggu untuk mengurangi risiko.
Ibu penderita HIV pos juga disarankan TIDAK memberikan ASI pada bayinya.
Jika tetap ingin menyusui, maka sebaiknya memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan Ibu mengonsumsi ARV. Ibu positif HIV sebaiknya menyusui dapat selama 12 bulan dan dapat dilanjutkan hingga 24 bulan atau lebih namun tetap mengonsumsi ARV. Menyusui dapat dihentikan apabila pola makan yang aman dan bergizi selain ASI dapat diberikan kepada bayi.
Studi menemukan, risiko penularan HIV pada bayi yang diberi ASI eksklusif hanya 4 persen. Di Amerika Serikat (AS), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan American Academy of Pediatrics (AAP) tidak menganjurkan pemberian ASI ke bayinya oleh ibu yang positif HIV karena, ibu-ibu di AS memiliki akses ke air bersih serta nutrisi pengganti yang terjangkau. Bila ibu memilih tidak memberikan ASI, maka ibu harus diajarkan tentang pemberian makanan alternatif yang baik dengan cara yang benar. Bila ibu tetap memilih memberikan ASI, dianjurkan untuk memberikannya ASI secara eksklusif selama 3-4 bulan saja.
Perlu diusahakan agar puting jangan sampai luka, karena virus HIV dapat menular melalui luka. Jangan memberikan ASI bersama susu formula karena akan menyebabkan luka di dinding usus, yang bisa menyebabkan virus dalam ASI lebih mudah masuk dinding usus.
Selain itu, saat bayi sudah mulai bisa mengonsumsi makanan lunak, sebaiknya ibu tidak mengunyah makanan lalu memberikannya ke bayi. Lebih amannya bayi diberikan makanan yang dilumatkan dengan alat seperti blender atau metode lainnya.
Demikian cara mencegah HIV menular ke bayi bagi ibu positif virus tersebut. Apabila HIV dideteksi dan diobati sedini mungkin, risiko penularan terhadap bayi dapat berkurang secara signifikan hingga 1 persen.