Saham 50 rupiah adalah saham yang memang sulit diprediksi masa depannya. Kita tidak tahu sampai kapan emiten tersebut akan mengalami masalah dan bisa saja berlarut-larut hingga bangkrut seperti saham bank Century. Kepercayaan publik terhadap saham ini memang sudah sangat buruk.
Namun, di sisi lain, saya setuju bahwa ada kemungkinan saham 50 rupiah ini akan bangkit kembali. Memberikan nilai 50 rupiah terhadap saham memang terlihat tidak wajar jika perusahaan masih beroperasi. Sebagai contoh, jika Anda membeli kertas HVS A4 1 rim sekitar 500 lembar dengan harga sekitar 45 ribu rupiah, maka nilai per lembar kertas tersebut sekitar 90 rupiah. Apakah mungkin nilai perusahaan lebih rendah dari selembar kertas HVS? Hal ini perlu dikaji ulang, seperti yang terjadi pada saham BHIT yang pada hari Kamis kemarin mencapai 88 rupiah, atau saham bumi yang mencapai 60 rupiah.
Mungkin kita hanya perlu menunggu waktu agar saham-saham yang masih beroperasi ini bangkit kembali. Namun, sampai kapan? Tidak ada yang tahu, bisa satu tahun, lima tahun, atau bahkan sepuluh tahun.
Ini adalah contoh kasus saham NIKL dari tahun 2013 hingga 2016. Nilainya tetap 50 rupiah dan tidak bergerak, tetapi perusahaan tersebut masih beroperasi. Pada tahun 2017, harga saham mencapai puncaknya di 6700 rupiah. Jika Anda membeli saham pada tahun 2016, dalam setahun Anda akan mendapatkan keuntungan sebesar 13.400%. Bayangkan jika Anda memiliki 10 juta saham (1 lot dengan 100 lembar saham, artinya Anda memiliki 2000 lot atau 200.000 saham), maka nilainya akan sekitar 1,34 miliar rupiah jika dikalikan dengan harga 6700. Ini bisa membuat Anda mendadak kaya. Keputusan ada di tangan Anda, jika saham yang nilainya 50 rupiah dianggap tidak likuid, maka bisa saja menjadi 1 rupiah.