Manakah titik terjauh di luar angkasa yang sudah dieksplorasi?
Share
Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Di satu tempat di interstellar medium (medium antarbintang), jauh di luar heliopause, berkelana sebuah space probe yang dinamakan Voyager-1. Persisnya kini sudah berjarak 148 AU dari bumi (1 AU = jarak matahari ke bumi) atau sekitar 22 miliar km per 19 Januari 2020.[1] Inilah eksplorasi terjauh yang pernah dilakukan homo sapiens sepanjang sejarah hingga detik ini.
Linimasa Voyager-1 dan 2. Sumber gambar: jpl.nasa[dot]gov
Ia diluncurkan pada tanggal 5 September 1977 jam 12:56 UTC dan kini menjadi objek buatan manusia terjauh dan akan terus menjauhi bumi demi memperoleh informasi untuk umat manusia. Dengan jaraknya yang sekarang, butuh waktu 20 jam lebih agar sinyalnya mencapai bumi.[2] Artinya, kita tidak akan pernah tahu informasi apapun tentang Voyager-1 hingga 20 jam kemudian. Karena gelombang radio yang menjadi 1 dari 7 jenis spektrum “cahaya” (EM spektrum) butuh waktu 20 jam untuk mencapainya. 20 jam cahaya. Butuh sekitar 8,9 triliun km lagi untuk mecapai 1 tahun cahaya yang merupakan seperempat perjalanan ke bintang terdekat setelah matahari. Sebagai perbandingan, cahaya matahari butuh waktu 9 menit untuk mencapai bumi.
Proxima Centauri, bintang terdekat kedua dari bumi.
Sejak 25 Agustus 2012 Voyager-1 berhasil melewati heliopause dan mulai memasuki medium antarbintang.
Heliopause adalah batas di mana angin matahari dihentikan oleh medium antarbintang. Area ini menjadi batas di mana medium antarbintang dan tekanan angin matahari seimbang. Sumber gambar: Wikipedia
Voyager-1 juga membawa Voyager Golden Record, sebuah piringan fonograf yang terbuat dari tembaga berlapis emas. Piringan ini berisi kumpulan gambar dan suara pilihan mengenai keanekaragaman makhluk hidup dan budaya di bumi, salah satunya rekaman suara beberapa bahasa termasuk Bahasa Indonesia.
Mengapa fonograf? Karena zaman di mana ia diluncurkan, teknologi belum semaju saat di mana ditemukannya standar pemutar digital seperti CD.
Tampak fisik Voyager Golden Record. Sumber gambar: damninteresting[dot]com
Salah satu gambar yang disimpan. Sumber gambar: voyager.jpl.nasa[dot]gov
Misi Voyager-1 akan terus berlanjut hingga diperkirakan pada tahun 2025 generator termoelektriknya akan kehilangan kemampuan untuk memasok daya listrik yang cukup untuk mengoperasikan instrumennya. Ia telah ditakdirkan untuk menjadi mayat hidup yang terus berkelana Bima Sakti.
Bagaimana Voyager-1 dapat bergerak jika tidak ada daya? Sesuai dengan Hukum Gerak Newton, jika tidak ada gaya lain yang mengganggu, maka sebuah objek akan terus diam atau bergerak sesuai dengan keadaan awal. Di luar angkasa, terlebih di medium antarbintang yang kerapatannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan Tata Surya, Voyager-1 yang telah kehilangan daya akan tetap bergerak secara konstan hingga ada gravitasi yang menariknya. Mungkin di suatu hari nanti, setelah 30.000 tahun lebih berhasil melewati Awan Oort,[3] ia akan bertemu dengan bintang Proxima Centauri (berjarak 4,2 tahun cahaya).
Bye Voyager-1…
Jika ingin tahu lebih banyak tentang Voyager-1, kunjungi situsnya di sini: Voyager
Tidakkah kita sadar bahwa bumi ini tidak ada apa-apanya? Jarak Voyager-1 yang sudah super jauh itu bahkan belum mencapai 1 tahun cahaya. Butuh 99.999 tahun cahaya lagi untuk menyeberang Bima Sakti dari ujung ke ujung. Semesta tidak mengganggap bahwa bumi berharga. Masih ada triliunan planet lainnya.
Luasnya Tata Surya. Sumber gambar: Wikipedia
Kecilnya Tata Surya. Sumber gambar: createdheavens[dot]com
Catatan Kaki
[1] Voyager 1 – Wikipedia
[2] Voyager 1 – Wikipedia
[3] Voyager 1 – Wikipedia