Pertanyaan ini agak menarik. Apakah status kita sebagai mahasiswa Indonesia membuat universitas atau negara lebih mudah menerima aplikasi kita?
Kalau memang begitu, mungkin saya sudah mendapatkan banyak beasiswa S2 sejak dulu. Memang, sebagai negara berkembang, Indonesia sering mendapatkan perlakuan khusus dalam penerimaan, tetapi ini tidak berarti semua aplikasi otomatis diterima. Banyak universitas di Jepang atau negara maju lainnya tidak lagi memberikan preferensi khusus untuk mahasiswa dari Indonesia, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara yang benar-benar kurang berkembang seperti Burkina Faso, Togo, Mali, atau Afghanistan.
Beasiswa umumnya memiliki proses seleksi yang ketat untuk memastikan penerima tidak hanya memenuhi kriteria ekonomi, tetapi juga merupakan individu berkualitas yang akan memberikan dampak positif di masa depan.
Saya punya teman dekat dari Brunei. Banyak yang beranggapan dia pasti kaya karena minyak, padahal sebenarnya dia berasal dari latar belakang biasa. Namun, kredensialnya sangat mengesankan: dia fasih dalam lima bahasa asing, cerdas, memiliki pengalaman kerja sebelum melanjutkan studi Master, dan berwawasan luas.
Saya setuju dengan pendapat Radita Liem tentang hal ini. Sayangnya, banyak mahasiswa Indonesia yang ingin belajar di luar negeri masih berpikir bahwa segala sesuatunya harus gratis dan fasilitas harus sudah disediakan, tanpa mempersiapkan diri dengan baik untuk mendapatkan beasiswa.
Salah satu teman saya yang pernah mendapatkan beasiswa bergengsi dari luar negeri mengatakan bahwa kerumitan dokumen yang diminta untuk beasiswa sebenarnya juga merupakan bagian dari proses seleksi untuk menentukan siapa yang benar-benar tekun dan berdedikasi.
Bayangkan jika universitas harus memilih antara berkas dari seorang calon mahasiswa dari Brunei dengan persiapan yang matang atau dari seorang mahasiswa Indonesia yang dokumennya seadanya. Mana yang akan dipilih?
Saya sangat mengagumi mahasiswa Indonesia yang tekun dan berdedikasi, yang meskipun sudah mencapai jenjang doktoral atau berkarir sebagai ASN, tetap giat dalam studi dan publikasi mereka. Ada juga banyak peneliti Indonesia di Jepang yang memberikan kontribusi signifikan.
Akhir kata, saya mendorong semua yang ingin mendapatkan beasiswa ke luar negeri untuk berusaha semaksimal mungkin karena persaingan sangat ketat, baik dengan mahasiswa dari Asia Tenggara seperti Singapura dan Thailand, maupun dari negara-negara lain seperti Korea, China, dan AS.