Skor buku ini 5.0/5.0.
Tidak heran jika buku ini menjadi best-seller bahkan dua tahun setelah peluncurannya. Di tengah hiruk-pikuk gaya hidup glamor dari media sosial, demam Crazy Rich, dan segala sesuatu yang bersifat duniawi, buku ini terasa seperti oasis di tengah gurun. Buku ini menggali hubungan pribadi kita dengan uang berdasarkan sikap dan perilaku.
Buku ini membahas bagaimana manusia berhubungan secara emosional dengan uang dan bagaimana membangun hubungan yang sehat dengan kondisi finansial sehari-hari.
Tulisan dalam buku ini cukup singkat, cocok untuk mereka yang sering membuka media sosial dan memiliki rentang perhatian yang pendek. Salah satu hal yang benar-benar mempengaruhi saya secara pribadi adalah konsep bahwa keberuntungan dan risiko ada di sekitar kita. Ini membuka mata saya tentang beberapa hal:
- Orang-orang yang masuk dalam daftar Forbes tidak hanya karena kerja keras mereka. Memang, kerja keras penting, tetapi banyak faktor tak terlihat yang membantu mereka mencapai posisi tersebut. Bayangkan jika mereka tiba-tiba kehilangan semuanya karena suatu kesalahan kecil; mereka yang dianggap kaya bisa menjadi usang.
- Kita tidak pernah bisa memprediksi masa depan dengan pasti. Kita bisa membuat persiapan, tetapi tidak ada jaminan 100% tentang apa yang akan terjadi. Misalnya, perang dunia bisa tiba-tiba terjadi dan menghancurkan semua yang kita miliki.
- Di tengah usaha untuk membangun kekayaan, buku ini merendahkan hati saya. “Man plans, God laughs.” Narasi dalam buku ini juga mengingatkan bahwa meskipun kita bersemangat, ada banyak risiko yang menyertainya. Jangan terlalu sedih saat mengalami kehilangan; membaca buku ini terasa seperti membaca versi ekonomi dari “La Tahzan.”
Beberapa poin yang saya suka secara pribadi adalah:
- Wealth is what you don’t see. Banyak orang tidak bisa melihat jumlah tabungan dan investasi kita kecuali kita sendiri, Tuhan, dan petugas pajak. Barang-barang mewah, rumah besar, dan mobil mahal sebenarnya hanya menunjukkan apakah kita mampu atau terpaksa terlihat mampu. Jika kita merasa sudah cukup, maka itu sudah memadai. Tidak ada yang benar-benar peduli dengan kepemilikan mewah kita kecuali diri kita sendiri.
- FREEDOM. Kemampuan untuk melakukan apa yang kita inginkan, kapan kita mau, dengan siapa kita mau, selama yang kita mau, adalah dividen tertinggi dalam finansial. Jadilah kaya cukup untuk memiliki kebebasan itu.
- Room For Error. Margin of safety, cadangan dana darurat, buffer—sebut saja apapun. Kadang kita tidak bisa menunggu kesempatan, kita harus menciptakan kesempatan itu. Dengan memiliki cadangan uang, kita tidak hanya mendapatkan ketenangan pikiran, tetapi juga kesempatan untuk mengambil risiko yang lebih besar. Tidak semua orang bisa menanggung kegagalan, tetapi dengan adanya safety net, pilihan kita menjadi tidak terbatas.
Dengan demikian, buku ini sangat menyentuh sisi emosional dan memberikan pendekatan tentang bagaimana bisa hidup bahagia dan memiliki hubungan yang sehat dengan keuangan.