Suatu hari, di sebuah kelas, seorang profesor yang dikenal karena cara mengajarnya yang menarik memberikan tiga pertanyaan kepada murid-muridnya:
1. Apa itu nol?
2. Apa itu tak terhingga?
3. Bisakah nol dan tak terhingga dianggap sama atau setidaknya setara?
Tanpa berpikir lama, semua orang di kelas menyadari bahwa:
1. Nol tidak memiliki makna—ia kosong, tidak berisi, dan tidak memiliki nilai.
2. Tak terhingga berarti sesuatu yang lebih besar daripada angka mana pun, melampaui batas apa pun, dan tidak ada akhir.
3. Nol dan tak terhingga tampaknya sangat berbeda. Bahkan, sulit membayangkan keduanya bisa setara.
Sang profesor kemudian menjelaskan konsep ketidakterbatasan dengan cara sederhana:
“Bayangkan seorang pengembala buta huruf yang hanya bisa menghitung sampai dua puluh. Jika domba-dombanya kurang dari dua puluh, ia bisa memberi tahu jumlahnya dengan tepat—misalnya, tiga, lima, dua belas, atau delapan belas. Namun, jika dombanya lebih dari dua puluh, dia hanya akan mengatakan, ‘Banyak sekali!'”
Profesor menjelaskan bahwa dalam ilmu pengetahuan, tak terhingga berarti sesuatu yang sangat banyak atau tidak bisa dihitung, sedangkan nol berarti terlalu sedikit atau tidak berarti apa-apa. Misalnya, jika membandingkan diameter Bumi dengan jarak antara Bumi dan Matahari, diameter Bumi hampir bisa dianggap nol karena sangat kecil. Sebaliknya, jika dibandingkan dengan ukuran butiran debu, diameter Bumi bisa dianggap tak terhingga karena sangat besar.
Dari penjelasan ini, kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa sesuatu bisa dianggap nol atau tak terhingga tergantung pada konteks atau perbandingannya.
Lalu, bagaimana hubungan antara kekayaan dan kemiskinan dengan konsep nol dan tak terhingga?
Semua tergantung pada skala perbandingan dengan keinginan Anda.
Maksudnya?
Benar:
– Jika pendapatan Anda melebihi keinginan Anda, maka Anda dianggap kaya.
– Jika keinginan Anda melebihi pendapatan Anda, maka Anda dianggap miskin.
Karena itu, terkadang saya merasa kaya karena keinginan saya lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan saya. Saya merasa kaya bukan karena jumlah uang saya, tetapi karena saya terus-menerus mengurangi keinginan saya.
Jika Anda juga bisa mengurangi keinginan Anda, Anda juga akan merasa kaya, bahkan saat ini juga.