Saya pernah mengalami situasi yang cukup berani saat wawancara kerja. Dalam sebuah interview, calon bos saya—yang langsung menegosiasikan gaji alih-alih HRD—menyebutkan angka gaji yang sangat rendah, jauh dari yang saya harapkan dan tidak sesuai dengan pengalaman saya.
Awalnya, dia memberi saya kesempatan untuk menyebutkan ekspektasi gaji saya. Berikut percakapannya:
Saya: Ekspektasi saya di angka Rp xx juta per bulan.
Dia: Hah? Itu sangat tinggi, tidak sesuai dengan hasil riset kami.
Saya: Riset apa yang Anda maksud?
Dia: Berdasarkan riset tim kami di Korea, gaji untuk posisi dengan pengalaman seperti Anda di Indonesia biasanya sekitar Rp 6 juta per bulan.
Saya: Hahahahahahahaha (saya tertawa terkejut). Jika anggarannya segitu, saya minta maaf, Anda perlu mencari kandidat lain. Riset itu sangat tidak relevan. (Ya, saya benar-benar mengatakannya).
Dia: Coba pikirkan lagi.
Saya memutuskan untuk mengakhiri interview saat itu juga. Sebelum pergi, dia menyampaikan bahwa mereka akan mempertimbangkan angka yang saya sebutkan. Namun, saya tetap merasa tersinggung.
Bukan karena saya meremehkan Rp 6 juta, tapi karena angka tersebut sangat tidak sesuai dengan keterampilan dan pengalaman saya. Menawar gaji hingga turun 80% lebih rasanya seperti penghinaan.
Keesokan harinya, mereka menghubungi saya kembali dengan tawaran yang sesuai dengan angka yang saya minta. Karena saya sedang membutuhkan pekerjaan, saya menerima tawaran tersebut dan bertahan selama 2 tahun sebelum akhirnya resign karena merasa frustrasi dengan budaya diskriminasi di tempat kerja.
Moral dari cerita ini: ketahuilah nilai diri Anda. Jangan mudah menerima tawaran gaji rendah jika Anda yakin memiliki kemampuan yang sesuai. Terutama jika yang menawari adalah orang asing.