Pernahkah kamu mengalami situasi seperti ini? Kamu menghadiri acara pernikahan teman, saudara, mantan, atau siapa pun. Setelah kenyang makan, tiba-tiba MC mengundang para tamu yang belum menikah untuk maju ke depan. Mereka yang beruntung mendapatkan boneka atau bunga dari mempelai akan dipanggil untuk maju, memperkenalkan diri, dan mungkin mendapatkan hadiah.
Saya pribadi jarang ikut-ikutan menangkap boneka atau bunga karena tidak terlalu suka keramaian. Bahkan jika saya pergi, saya biasanya memilih untuk tidak berpartisipasi dalam menangkap boneka atau bunga, supaya terlihat cool dan tenang.
Namun, dua minggu lalu, saya dan calon istri menghadiri acara pernikahan kerabat di Hotel Crowne Plaza Bandung. Karena tidak mau diomeli, saya pun setuju untuk pergi. Saat sedang makan lumpiah kering bumbu kacang, MC mengajak tamu yang belum menikah untuk maju.
“Yuk, maju aja. Siapa tahu dapat bonekanya,” kata calon istri.
“Ya, bentar,” jawab saya sambil menyelesaikan makanan.
Kami maju ke depan. Saya mencari posisi yang tepat, menggunakan teori fisika saya untuk peluang mendapatkan boneka. Ternyata, banyak tamu yang berpartisipasi, termasuk seorang wanita gemuk yang tampak sangat bersemangat.
Boneka pertama dilempar, dan saya berhasil menangkapnya dengan mulus. Saya merasa keren, mirip atlet baseball. Saya memberikan boneka itu kepada calon istri, yang dengan senang hati mengklaimnya sebagai hadiahnya.
Kemudian, boneka kedua dilempar, dan saya berhasil menangkapnya lagi. Namun, wanita gemuk tadi tampak marah dan menyebut saya curang karena sudah mendapatkan boneka pertama dan masih ikut lagi.
Tatapan sinis wanita gemuk itu mengingatkan saya pada teman SD saya yang dulu sering menilai hasil prakarya saya. Saya santai saja dan memperkenalkan diri di depan. Kami diberikan voucher belanja senilai 600 ribu tanpa perlu bernyanyi atau menari.
Namun, setelah turun dari panggung, seorang wanita gemuk yang sedang makan kebab bertanya tentang isi amplop kami dan menuduh kami curang karena kami belum menikah, padahal saya mengatakan calon istri saya, bukan istri saya.
Ternyata, wanita tersebut dan wanita gemuk sebelumnya satu kelompok, dan tampaknya wanita itu sedang menghasut wanita gemuk tersebut. Saya agak khawatir tentang bagaimana nasib saya nanti saat pulang, tapi potongan bebek peking yang enak dari calon istri membuat mood saya sedikit membaik.