Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
We want to connect the people who have knowledge to the people who need it, to bring together people with different perspectives so they can understand each other better, and to empower everyone to share their knowledge.
Bagaimana cara membedakan harga saham yang naik/turun antara akibat pengaruh banyaknya penjual/pembeli dan akibat berubahnya fundamental saham?
Namanya fundamental berati karena dasar perusahaannya ya, jadi harus dilihat berdasarkan laporan keuangan, lihat 5–10 tahun ke belakang. Gimana kinerja perusahaannya. Lihat juga prospek perusahaann dan rencana” ke depannya gimana. Kalau lihat harga saham dipengaruhi oleh banyak/sedikit yg jual beliRead more
Namanya fundamental berati karena dasar perusahaannya ya, jadi harus dilihat berdasarkan laporan keuangan, lihat 5–10 tahun ke belakang. Gimana kinerja perusahaannya. Lihat juga prospek perusahaann dan rencana” ke depannya gimana.
Kalau lihat harga saham dipengaruhi oleh banyak/sedikit yg jual beli gampang banget, tinggal cek bandarmology-nya. Lihat broker summary, bisa pakai web ipotultima (search google), ini gratis. Sesuaikan periodenya. Cek siapa broker yg jual/beli. Biasanya bisa turun drastis pas broker asing yg jual, kalau ritel kayak kita-kita ini yg modal kelas teri yg jual mah ga usah takut, paling sebentar juga naik. Pelajari aja dulu perusahaannya biar yakin, jangan fomo.
See lessApa aplikasi investasi yang bisa menggunakan kartu pelajar?
Sepertinya blm ada, karena syarat utama dari pembuatan rekening adalah dianggap sudah dewasa, karena nantinya pemilik rekening akan membuat keputusan atas sesuatu, paling tidak dia harus bisa mempertanggungjawabkan keputusan tersebut. Kalo secara legal di Indonesia kan dewasa diindikasikan dengan suRead more
Sepertinya blm ada, karena syarat utama dari pembuatan rekening adalah dianggap sudah dewasa, karena nantinya pemilik rekening akan membuat keputusan atas sesuatu, paling tidak dia harus bisa mempertanggungjawabkan keputusan tersebut. Kalo secara legal di Indonesia kan dewasa diindikasikan dengan sudah berumur 18 tahun, jadi sewajarnya sudah punya KTP. Saran saya kalo mau buat pakai rekening orang tua atau nitip aja di akun mereka dan dicatat manual.
See lessApakah berbelanja saham di aplikasi IPOT aman?
Sangat Aman Alasan : Ipot adalah broker/sekuritas resmi yang diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan juga OJK selaku institusi resmi yang mengawasi institusi atau lembaga yang bergerak di sektor perbankan dan juga pasar modal meski nanti nya IPOT(amit amit) tutup, uang/dana investor akan tetap aRead more
Sangat Aman
Alasan : Ipot adalah broker/sekuritas resmi yang diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan juga OJK selaku institusi resmi yang mengawasi institusi atau lembaga yang bergerak di sektor perbankan dan juga pasar modal
meski nanti nya IPOT(amit amit) tutup, uang/dana investor akan tetap aman, karena dana bukan disimpan di rekening perusahaan sekuritas/broker. Melainkan di bank kustodian jadi meski sekuritas tutup/bangkrut/sedang ada masalah. Dana investor dan juga aset lain nya akan tetap aman.
tips lainya: ada sangat banyak broker/sekuritas sekuritas yang sudah diregulasi untuk info lebih lengkap klik link ini
https://www.idx.co.id/investor/perusahaan-sekuritas-di-kota-anda/
See lessSaat pasar saham jatuh dan semua orang berusaha menjual sahamnya, siapa yang mau membelinya?
Saat Investor Asing menjual 2.1% kepemilikannya saja bisa membuat IHSG minus sampai dengan -30%. Wajib baca kesimpulan. Kondisi pasar modal tahun ini berbeda dengan kondisi pasar modal tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini pandemi berhasil membuat banyak investor panik sehingga beralih ke instrumen yangRead more
Saat Investor Asing menjual 2.1% kepemilikannya saja bisa membuat IHSG minus sampai dengan -30%. Wajib baca kesimpulan.
Kondisi pasar modal tahun ini berbeda dengan kondisi pasar modal tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini pandemi berhasil membuat banyak investor panik sehingga beralih ke instrumen yang memiliki resiko lebih rendah.
Tahun 2019
Jika kita melihat proporsi dana yang dimiliki Investor akhir tahun 2019, investor asing memiliki porsi yang lebih dominan dibandingkan investor domestik, masing-masing 51,9% untuk investor asing dan 48,1% untuk investor domestik. Berdasarkan nilai efek yang tersimpan di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per 9 Agustus 2019, investor asing menggenggam sebesar Rp1.907 triliun setara 51,46 persen dari total ekuitas. Sementara, porsi investor domestik tercatat Rp1.799 triliun atau setara 48,54 persen.
Tahun 2020
Hingga penutupan perdagangan Kamis (23/4/2020), porsi saham milik investor asing turun menjadi 49,8% dari sebelumnya sebesar 51,9% pada akhir 2019. Sedangkan sisanya sebesar 50,2% dimiliki oleh Investor domestik.
Ilustrasi:
Jika asumsi total dana di pasar modal Indonesia sebesar Rp. 3.706 Triliun (Rp. 1907 Triliun + Rp. 1799 Triliun)
Tahun 2019
Investor Asing: 51,9% (Rp. 1.923 Triliun)
Investor Domestik: 48,1% (Rp. 1782 Triliun)
Tahun 2020
Investor Asing: 49.8% (Rp. 1.845 Triliun)
Investor Domestik: 50.2% (Rp. 1.861 Triliun)
Perubahan Proporsi Dana dari Tahun 2019 ke 2020
Investor Asing: -2.1% (-77.8 Triliun)
Investor Domestik: +2.1% (+77.8 Triliun)
Mudahnya, saat Investor Asing menjual instrumen saham sebesar Rp. 77.8 Triliun saat kondisi pandemi, Investor Domestik membeli instrumen saham yang dijual oleh Investor Asing.
Kesimpulan:
Dapat diambil kesimpulan saat terjadi kondisi rush/panic selling pada instrumen saham yang dilakukan oleh Investor asing, Investor domestik yang melakukan pembelian instrumen saham tersebut. Karena kepemilikan asing pada Instrumen saham menurun dan kepemilikan domestik pada Instrumen saham bertambah.
Keluarnya dana Investor asing dari pasar saham dalam negeri sebagai kebiasaan investor asing dalam menyikapi kondisi yang dianggap kritis. Saat kondisi tersebut, asing akan beralih ke instrumen investasi yang minim risiko alias safe haven seperti contoh Treasury Bills semacam Surat Berharga Negara di Indonesia (Obligasi Negara).
Coba bayangkan saat Investor Asing menjual 2.1% kepemilikannya saja bisa membuat IHSG minus sampai dengan -30% (Awal tahun 2020 s.d 23 Maret 2020). Apa kabarnya jika Investor Asing menjual 5%?, 10%?, 20%? kepemilikannya akan turun berapa persenkah IHSG saat hal itu terjadi? -50% kah? -70% kah?
Maka dari itu saat kondisi seperti ini ada baiknya kita menjadi Investor yang konservatif, kita tidak tahu proporsi 50% dana Investor Asing itu milik siapa saja. Jika proporsi 50% dana Investor Asing hanya dimiliki beberapa pihak saja, IHSG akan sangat mudah terombang-ambing saat pihak-pihak tersebut mengeluarkan dananya dari Pasar Modal Indonesia.
Pihak-Pihak yang memiliki 50% dana di pasar modal Indonesia menurut pandangan pribadi:
Jika ditelusuri lebih jauh banyak ETF/Reksadana Pasif yang mereka miliki lewat investasi secara tidak langsung pada pasar Emerging Market (Negara Berkembang) melalui pembobotan MSCI. Menurut sumber, jumlah total dana kelolaan mereka lebih besar dari mayoritas GDP (Gross Domestic Product) Negara-negara G20.
Sebagai Contoh:
Bridgewater Associates (Hedge Fund Terbesar di dunia milik Ray Dalio)
Alokasi Portofolio Bridgewater Associates
1. Vanguard FTSE emerging markets ETF (VWO) 15.9%
2. SPDR S&P 500 ETF (SPY) 15.6%
3. ishares Core MSCI emerging markets ETF (IEMG) 9.4%
4. ishares MSCI emerging markets ETF (EEM) 8.7%
5. ishares CORE S&P 500 ETF (IVV) 5.1%
6. GLD Gold Trust (SPDR) 4.2%
7. ishares MSCI Brazilian ETF (EWZ) 3.2%
8. BONDS LQD 2.6%
9. BONDS HYG 2.2%
10. BONDS TLT 2.1%
11. ishares MSCI South Korea ETF (EWY) 1.7%
12. Individual Stocks Diversified (29.3%)
Proporsi:
ETF index 59.6%
STOCKS 29.3%
BONDS 6.9%
COMMODITIES 4.2%
Sumber:
Source: Bloomberg
Modal di Bursa Saham RI masih Dikuasai Asing
Modal Asing Lari Rp 17 Triliun, Investor Domestik Kuasai Pasar Saham – Katadata.co.id
See lessMengapa banyak investor saham yang terjebak di saham gorengan?
Jika anda sudah cukup lama trading, atau sering bergabung dalam group-group saham di media sosial, anda tentu pernah mendengar istilah “Saham sejuta umat atau gorengan”, gelar ini pertama kali disandang oleh saham BUMI di tahun 2008-2010. Pada periode tersebut BUMI menjadi saham yang paling banyak dRead more
Jika anda sudah cukup lama trading, atau sering bergabung dalam group-group saham di media sosial, anda tentu pernah mendengar istilah “Saham sejuta umat atau gorengan”, gelar ini pertama kali disandang oleh saham BUMI di tahun 2008-2010.
Pada periode tersebut BUMI menjadi saham yang paling banyak diperbincangkan setiap harinya, hampir semua investor memiliki, atau pernah membeli saham ini. Namun seiring dengan kejatuhan harga BUMI, gelar itu akhirnya berpindah dari satu saham ke saham yang lain.
Setelah BUMI, sempat muncul saham KARK, salah satu praktisi saham yang cukup berpengaruh pada saat itu sempat mengatakan bahwa saham ini akan menggantikan posisi BUMI (akan menjadi perusahaan batubara terbesar) padahal pada saat itu harga sahamnya baru naik ke level 120an.
Tidak lama setelah itu muncul saham GTBO, saham ini bahkan lebih fenomenal dari KARK, harganya naik dari 50 ke 7.500 dalam waktu kurang dari 1 tahun, jika anda mengira anda salah baca, anda tidak salah, seperti terlihat pada grafik di atas saham ini memang naik 150 kali lipat dari 50 di pertengahan tahun 2011 ke 7.500 di pertengahan tahun 2012.
Setelah GTBO ada cukup banyak saham yang memegang gelar “Saham Sejuta Umat(gorengan)”, dalam 2 tahun terakhir kita mungkin masih ingat saham TRAM dan terakhir BEKS, dan banyak saham lainnya. Saham-saham tersebut pada masanya selalu menjadi ‘trending topic’ di beberapa media sosial khusus saham.
Pertanyaanya : bagaimana nasib investor saham yang telah membeli saham tersebut?
Anda kemungkinan sudah tahu jawabannya, semua saham tersebut jatuh harganya, dan membuat ribuan bahkan mungkin puluhan ribu investor saham mengalami kerugian besar di saham tersebut.
Jika kita melihat dengan sudut pandang yang realistis saat ini, kita tentunya menyadari bahwa saham-saham tersebut bukanlah saham unggulan, dengan fundamental kuat, yang layak dijadikan investasi (disimpan selama bertahun-tahun). Namun kenyataan banyak dari investor yang sudah menyimpan bertahun-tahun saham-saham tersebut karena nyangkut.
Pertanyaan selanjutnya adalah : Mengapa justru saham-saham seperti inilah yang menjadi ‘Saham Sejuta Umat(gorengan)’, mengapa saham-saham seperti ASII, BBCA, TLKM tidak terlalu populer meskipun sudah naik ratusan persen selama beberapa tahun terakhir.
Mengapa saham-saham yang naik secara luar biasa seperti KAEF, INAF, PPRO dan banyak saham lainnya justru kalah populer dibanding saham-saham seperti BEKS, CNKO ?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa kita mengerti jika kita memahami Ilmu Bandarmologi, berikut ini beberapa poin yang bisa membantu anda mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut :
SAHAM TIDAK PERLU POPULER UNTUK BISA NAIK DAN TIDAK SEMUA SAHAM NAIK MENJADI POPULER
Dalam teori market efisien dikatakan bahwa ketika saham naik pepularitasnya, karena berita-berita positif yang muncul pada saham ini, maka akan semakin banyak orang yang tertarik untuk membeli saham ini, dan karena jumlah saham selalu sama, naiknya popularitas dan minat beli terhadap suatu saham akan membuat harga saham ini naik.
Namun dalam teori Bandarmologi, konsep tersebut tidak selalu berlaku, karena teori ini percaya bahwa bandar bisa menggerakan harga saham, jadi saham tidak perlu populer untuk membuat harganya naik. Salah satu contoh aktualnya adalan kenaikan saham TPIA
Grafik di atas menunjukan kenaikan liar biasa saham TPIA yang harganya terus naik dari bulan Juli lalu, sampai sekarang, harganya sudah naik dari 4.000an sampai 16.000an, jika kita berpendapat kalau saham yang populer adalah saham yang harganya naik banyak, maka seharusnya saham ini akan menjadi Trending Topic di setiap group saham, dan sosial media. Namun kenyataannya tidak, dari pemantauan kami di berbagai group, tidak satupun group yang membahas pergerakan saham ini dalam beberapa bulan terakhir.
Jadi terbukti bahwa kenaikan harga dan popularitas saham tidak selalu berbanding lurus.
SETIAP SAHAM GORENGAN HARUS DIPROMOSIKAN UNTUK BISA POPULER
Di atas kita sempat membahas mengenai saham ASII, BBCA, dan TLKM yang meskipun harganya naik, fundamentalnya bagus, namun popularitasnya biasa-biasa saja. Namun saham-saham blue chip seperti ini tetap memiliki kelebihan, karena meskipun sahamnya tidak populer, namun saham ini tetap banyak yang beli, karena setiap reksadana, dana pensiun, investor institusi dan pemain besar lainnya, umumnya aktif jual beli di saham ini, sehingga transaksi di saham-saham ini selalu besar.
Namun berbeda ceritanya dengan saham-saham gorengan atau emiten-emiten yang sebelumnya tidak dilirik para investor ritel seperti, BEKS, CNKO, GTBO, KARK, dll. Saham-saham seperti ini perlu dipromosikan, terutama jika mau dijual ke investor ritel seperti kita. Analoginya kurang lebih sama dengan ketika seorang pedagang mau menjual produk baru ke konsumen ritel, untuk membuat barangnya laku dijual produk ini harus di-iklankan ke publik.
Jadi bisa kita simpulkan, untuk harga saham naik, suatu saham tidak perlu menjadi populer, namun jika suatu saham mau didistribusi (dijual ke investor kecil seperti kita), maka saham tersebut harus menjadi populer.
Itulah kurang lebih penyebab kenapa ‘Saham Sejuta Umat’ justru merupakan saham-saham yang hancur harganya, itulah alasannya mengapa kita mendengar bahwa jauh lebih banyak investor yang rugi di pasar modal daripada yang untung, padahal jika dihitung secara statistik lebih banyak saham yang naik daripada yang turun.
Jaman sosial media seperti sekarang juga membuat BANDAR semakin mudah mempromosikan saham yang mau dijualnya, karena ada begitu banyak komunitas dan group-group saham yang bisa mereka gunakan sebagai sarana promosi.
Itu sebabnya sangat jarang kita menemukan investor atau trader berpengalaman yang aktif dalam komunitas-komunitas saham yang ada, karena ada begitu banyak kepentingan di sana, ada begitu banyak ‘marketing agent’ bandar yang tersebar di berbagai group-group tersebut, yang tersembunyi akun-akun misterius yang tersebar. Itu juga alasannya mengapa di forum-forum tersebut saham-saham yang hancur harganya justru selalu menjadi trending topic.
Saya sendiri hanya menggunakan berbagai media sosial tersebut untuk melakukan ‘research bandarmologi’, untuk melihat saham-saham saja yang sedang ramai di-PROMOSIKAN, karena bukan mustahil saham-saham tersebut justru adalah saham-saham yang akan jatuh harganya. Jadi sebagai investor ritel sebaiknya kita menjauhi saham-saham gorengan yang banyak dibahas tersebut.
Sumber : https://www.creative-trader.com/jebakan-bandar-di-balik-saham-sejuta-umat/
See lessBagaimana cara memilih perusahaan sekuritas yang baik?
Ijinkan saya untuk mencoba menjawab pertanyaan berikut berdasarkan pengalaman saya pribadi. Saya yakin bahwa Anda bingung untuk memilih perusahaan sekuritas karena ada banyak sekali perusahaan sekuritas di luar sana. Bahkan dari data Bursa Efek Jakarta / Bursa Efek Indonesia, yang saat ini dikenal dRead more
Ijinkan saya untuk mencoba menjawab pertanyaan berikut berdasarkan pengalaman saya pribadi.
Saya yakin bahwa Anda bingung untuk memilih perusahaan sekuritas karena ada banyak sekali perusahaan sekuritas di luar sana. Bahkan dari data Bursa Efek Jakarta / Bursa Efek Indonesia, yang saat ini dikenal dengan nama IDX, ada 43 perusahaan sekuritas yang ada di Indonesia.
Nah berhubung saya bekerja di bank Mandiri, sudah pasti saya mendaftar ke Mandiri Sekuritas. Walaupun begitu, saya diperbolehkan untuk memilih perusahaan sekuritas lain. Ini adalah beberapa pertimbangan saya ketika memilih perusahaan sekuritas terbaik :
Nah itulah beberapa tips bagi Anda yang ingin memilih perusahaan sekuritas terbaik. Bagi Anda yang ingin membuka rekening, saya merekomendasikan Anda untuk mengunjungi website Mandiri Sekuritas atau Mirae. Tulisan ini juga saya muat di blog pribadi saya yaitu My Blog – My WordPress Blog dalam artikel yang berjudul 8 Cara Memilih Perusahaan Sekuritas ala PelajarSaham.
Disclaimer : tulisan ini bukan sponsor. hanya berdasarkan pengalaman pribadi dan saya cukup puas dengan performa yang diberikan. Apabila Anda ingin belajar mengenai financial planning atau perencanaan keuangan pribadi, bisa kunjungi website saya di ngurusduit (contact saya tersedia di footer).
See lessApakah beli reksadana di tokopedia paling banyak promonya? Jika ya, apa keuntungan beli reksadana dari sekuritas atau bank daripada di tokopedia?
Promo Reksadana di Tokopedia nyaris tidak berguna karena prosuknya yg tiada pilihan, cuma pasar uang di hanya 2 produk. Keuntungannya hanya satu dan satu saja, pencairan instant, cocok buat dana darurat tapi better dari bank. selain itu gak ada untung apa apa lagi Beli Reksadana di bank paling tidakRead more
Promo Reksadana di Tokopedia nyaris tidak berguna karena prosuknya yg tiada pilihan, cuma pasar uang di hanya 2 produk. Keuntungannya hanya satu dan satu saja, pencairan instant, cocok buat dana darurat tapi better dari bank. selain itu gak ada untung apa apa lagi
Beli Reksadana di bank paling tidak berguna, fee nya gak pake mikir, sistemnya masih kolonial pake fee jual beli segala, pilihan juga minim. Untungnya cuma karena rekening kita sama dgn yg kita pakai, pas duit banyak di Reksadana via bank kita bisa jadi nasabah prioritas meski uangnya di reksadana dan bukan cash keras seperti deposito, selain itu kagak ada untung apa-apa
Beli Reksadana via sekuritas juga tidak memuaskan, fokus utama mereka brokerage saham, rasanya produk Reksadana hanya anak tiri, pilihan dikit. Kecuali sedikit aja yg lebih serius bikin market place Reksadana beneran kek ipot fund
Cuma rekomended beli Reksadana di platform yg dedicated untuk Reksadana, seperti Bareksa, bibit, ipot fund, mungkin karena konsepnya dari awal emang sebagai market place Reksadana, sangat fleksibel dan variatif pilihanya
See less