Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Apa yang dimaksud dengan “FOMO” saat berinvestasi?
FOMO merupakan singkatan dari Fear of missing out atau takut ketinggalan. FOMO umumnya memang terjadi dimana mana terutama karena pengaruh social media. Namun secara spesifik jika dikaitkan dengan investasi, FOMO biasanya merupakan keadaan saat seseorang merasa tertinggal ketika melihat saham lain yRead more
FOMO merupakan singkatan dari Fear of missing out atau takut ketinggalan. FOMO umumnya memang terjadi dimana mana terutama karena pengaruh social media. Namun secara spesifik jika dikaitkan dengan investasi, FOMO biasanya merupakan keadaan saat seseorang merasa tertinggal ketika melihat saham lain yang naik tinggi.
Banyak orang mengetahui istilah ini namun tidak banyak yang mengetahui jika FOMO dapat erat kaitannya dengan kognitif bias dalam berinvestasi yang mungkin jarang disadari :
Recency bias
Suatu keadaan dimana seseorang mengasumsikan apa yang baru saja terjadi akan terulang lagi di masa depan.
Jika saham baru saja naik naik 10% hari ini, mereka yang terkena recency bias in iakan langsung menyimpulkan bahwa kenaikan juga akan terjadi di hari selanjutnya dan kemudian untuk memutuskan membeli saham tersebut.
Bias ini erat kaitannya karena mereka yang terkena FOMO biasanya cenderung menyimpulkan bahwa kenaikan di masa lalu adalah kenaikan di masa depan.
Confirmation bias
Singkatnya sebuah keadaan dimana seseorang mencari pembenaran. Saat seseorang terkena FOMO mereka biasanya tergoda untuk masuk namun takut, Disinilah bias ini mulai beraksi dengan membuat si investor mencari pembenaran melalui berita berita positif yang mendukung kenaikan harga saham tersebut.
Yang lebih bahaya lagi adalah biasanya saat masa masa kenaikan kenaikan tinggi sebuah saham ,yang banyak beredar justru justru berita positifnya. Tentu ini tidak baik karena sebuah analisa harusnya objektif melihat dari dua sisi.; positif dan negatif.
Herding behavior
Herding behavior singakatnya adalah perilaku ikut ikutan. FOMO sangat erat kaitannya dengan herding behavior karena perilaku herding merupakan perilaku yang asal ikut ikutan tanpa analisa karena takut tertinggal.
Perilaku ikut-ikutan tidak selalu baik. Solomon Asch membuktikan ini dalam penelitiannya Asch Conformity Experiment | Simply Psychology
Penelitiannya kurang lebih seperti berikut:
Dalam sebuah grup, ada 8 orang. 7 diantara 8 adalah peserta bayaran yang responnya terhadap pertanyaan dalam penelitian tersebut sudah diatur.
Dengan demikian satu peserta sisanya adalah peserta yang memang secara jujur mengikuti penelitian tersebut. Alias peserta yg tidak tahu jika 7 orang peserta lainnya adalah peserta yg sudah diatur.
Ke 8 peserta diminta untuk melihat beberapa garis dimana mereka diminta untuk menentukan panjang sebuah garis. Terlampir kurang lebih adalah gambar garis tersebut dimana peserta harus menentukan mana diantara garis A, B dan C yg sama dengan garis di X?
Penelitian dilaksanakan dalam 18 tahap. Dalam dua tahap awal, peserta asli memilih garis yang benar. Namun pada tahap ke 3,saat 7 peserta palsu secara sengaja memilih garis yang salah, peserta asli pun memilih garis yang salah!
Perilaku ikut-ikutan disini jelas mengakibatkan peserta memilih garis yang salah namun yang paling menarik adalah saat penelitian ini dilakukan lagi namun subject penelitian di scan otaknya melalu MRI. Hasilnya? peserta yang ikut-ikutan menunjukan penurunan aktifitas di bagian otak yang bertugas memproses informasi dengan logika.
Kesimpulannya, FOMO atau perilaku takut ketinggalan cenderung membuat seorang investor:
FOMO ini sangat susah dihindari karena termasuk bagian dari emosi dan manusia sejatinya adalah kumpulan emosi. Namun setidaknya kita tahu apa yang dimaksud dengan FOMO dan bagaimana implikasinya dalam berinvestasi dan pengetahuan ini mungkin bisa digunakan untuk setidaknya mengurangi efek FOMO dalam berinvestasi.
Maaf saya menulis kepanjangan. Semoga membantu.
See lessApa saja tips and trik menjadi dropshiper yang kamu ketahui?
Hai, saya lintang dari lapakninja.com mau coba bantuin jawab ya Di era seperti ini, jadi dropshipper itu udah nggak segampang dulu. Dulu pada masanya keterbukaan informasi belum semasif sekarang, jadi dropshipper bisa menjanjikan keuntungan ratusan ribu hingga jutaan per penjualan. Sekarang, di eraRead more
Hai, saya lintang dari lapakninja.com mau coba bantuin jawab ya
Di era seperti ini, jadi dropshipper itu udah nggak segampang dulu. Dulu pada masanya keterbukaan informasi belum semasif sekarang, jadi dropshipper bisa menjanjikan keuntungan ratusan ribu hingga jutaan per penjualan. Sekarang, di era marketplace hal ini udah sulit banget. Bisa jadi kita hanya dapat keuntungan 1.000~5.000 ribu rupiah per penjualan, dan hal ini sangat lumrah. Maka memang, bisnis ini cocok untuk kamu yang sabar, bukan yang pengen buru – buru kaya. Nah, kalau kamu mau berkomitmen kaya secara perlahan dan pasti maka bisa coba ikutin tips ini.
Disclaimer dulu, tips ini versi saya lho ya, jangan dijadikan satu-satunya acuan.
Ada beberapa hal yang perlu kita siapkan untuk siap bersaing di pasar digital sebagai dropshipper :
Apa aja itu? yuk kita bahas satu persatu
Riset Produk
Dropship itu nyawanya ada di pemilihan produk untuk dijual. Kenapa? karena cuma di sini kita menang dibanding dengan reseller dan supplier/produsen. Kalau produsen dan reseller bisa jual di harga yang lebih murah, kita sebagai dropshipper mungkin memang harus jual di harga yang lebih tinggi, tapi kita terbebas dari stok produk. Sehingga kita bisa dengan leluasa tes pasar dan tes produk tanpa henti, hingga menemukan produk yang terbaik.
Untuk riset, saya sangat sarankan memanfaatkan tren di marketplace. Di sini kita bisa tahu produk apa yang lagi laris dijual dan banyak peminatnya. Biasanya saya pribadi, cari produk yang punya penjualan perbulan tinggi, harga murah dan kota yang sesuai dengan calon konsumen kita. Nah, untuk riset bisa pakai 2 metode, metode manual atau metode dengan tools
1.Metode Manual
Kita bisa manfaatkan marketplace seperti shopee / tokopedia. Tinggal kita ketikkan saja kata kunci apa yang ingin kita jual, maka kita akan dihadapkan dengan beberapa toko yang dianggap marketplace tersebut relevan dengan kebutuhan kita
Setelah kita rasa pencariannya cocok, maka kita bisa coba visit satu per satu toko di halaman ini, sebanyak yang kita mau. Catat semua metik yang kita butuhkan : penjualan perbulan, harga, kota, review, dll. Hal ini penting, dalam rangka mendapatkan data sebanyak-banyaknya, sehingga keputusan kita dalam mengambil produk nanti tidak keliru
“Mas, berarti kita mengira-ngira ya kata kuncinya? nggak ada cara yang lebih gampang?”
Ada, dengan metode kedua dengan menggunakan tools lapakninja.com
2. Metode Lapakninja
Di lapakninja, sudah disiapkan aplikasi yang berisi Database 5000+ produk terlaris di Shopee dan Tokopedia. Jadi, kita tidak perlu mengira-ngira lagi kata kunci apa yang mungkin laris, tapi kita bisa sortir langsung berdasarkan yeeang paling banyak terjual di bulan tersebut, jadinya nggak perlu mengira-ngira lagi kan.
bisa juga kita filter berdasarkan lokasi, harga dan lain – lain. Disediakan juga link menuju halaman produknya di marketplace. Saran saya dalam memilih produk, pastikan toko suppliernya semua berasal dari 1 kota yang sama ya, agar memudahkan dalam proses pengiriman barang nanti
Nah, di sini saya dapat 50 produk pilihan. Sekarang saatnya saya bangun platform
Membangun Platform
Secara garis besar, kita bisa memilih ingin berjualan di mana, marketeli place atau sosial media. Banyak perdebatan mana yang lebih baik sebagai medium jualan. Namun intinya, sebelum memutuskan fokus di salah satunya, pahami dulu karakter keduanya.
Kalau kita punya kekuatan di rantai pasok, bisa dapat supplier yang lebih murah dibanding star seller shopee / topseller tokopedia maka bisa coba marketplace, namun kalau kita punya kelebihan di bidang konten, maka mulai di sosial media. “Bahasa”nya berbeda, strateginya pun berbeda
Strategi Optimasi Shopee (diambil dari live Christina Lie)
Jawaban Lintang Kresnadi untuk Bagaimana cara berjualan di Shopee agar dapat pesanan membludak?
Strategi optimasi Instagram
Cara Jualan di Instagram – Strategi Riset, Optimasi, Konten dan Interaksi – Lintang Kresnadi
Promosi Organik
Apapun bisnisnya, promosi itu wajib, sayangnya kalau kita memilih fokus di platform marketplace, nggak ada opsi yang mungkin kita lakukan jika ingin promosi secara gratis, semuanya wajib bayar.
Berbeda di sosial media, di platform ini bisa kita lakukan dengan relatif lebih murah atau bahkan gratis. Saya coba bahas garis besar triknya di facebook dan instagram ya
Facebook : coba masuk dan aktif di grup yang relevan, bisa grup hobi, komunitas besar, dan lain lain
Jawaban Lintang Kresnadi untuk Bagaimana cara memasarkan produk di pasar daring Facebook, agar banyak terjadi pembelian?
Instagram : incar hashtag yang sesuai dan punya banyak pengguna, buat konten yang sesuai dengan pengguna tersebut. Saya pribadi riset menggunakan Flick
Jawaban Lintang Kresnadi untuk Produk apa yang paling sering dibeli orang di Instagram?
buat yang nggak punya banyak modal, metode promosi organik ini penting dilalui terlebih dahulu sebelum scale up ke metode promosi berbayar. Kenapa? karena metode ini juga berfungsi sebagai validasi, apakah produk anda diminati banyak orang atau tidak. Lagi-lagi kita manfaatkan kelebihan dropshipper yang nggak punya keterikatan pada produk. Jika dengan metode promosi gratis ini terjadi beberapa penjualan, maka kita pede untuk geser ke langkah selanjutnya, jika tidak maka kembali lagi ke tahap pertama, riset.
Promosi Berbayar
Untuk ini tidak perlu banyak dibahas ya, mungkin memang banyak kelas di luar sana yang mengajarkan strategi ngiklan baik di FB/IG, Google hingga marketplace, namun perlu digarisbawahi,
“Perlu Rp 100.000 untuk mendapat keuntungan Rp 200.000,-“
Semakin besar modal kita, maka semakin besar peluang sukses kita di promosi berbayar, bahkan nggak jarang ada yang spent hingga milyaran perbulan hanya untuk ngiklan, tentu dengan return yang minimal 2 kalilipatnya. Dan, bukan nggak mungkin juga malah rugi. Namanya juga iklan
Kalau anda memutuskan untuk beriklan, ada beberapa poin yang bisa dijadikan pegangan
Kesimpulan
Sebagai dropshipper, keunggulan utama kita ya di ketidakterikatan atas produk kita, seperti pepatah :
Semoga bermanfaat, Terima kasih
See lessBenarkah jika ada sebuah produk/layanan yang perfect (nyaris sempurna) selalu dibuat oleh seorang perfeksionis ?
Nope. Sebuah produk atau layanan mungkin bisa dibilang perfect kalau bisa menyelesaikan sebuah permasalahan customer (pengguna) yg sangat basic, segmen pasarnya juga perfect untuk product tersebut, dan timing nya j7ga sudah tepat. Misalnya, produk2 fintech. Produk2 fintech ini sangat membantu customRead more
Nope.
Sebuah produk atau layanan mungkin bisa dibilang perfect kalau bisa menyelesaikan sebuah permasalahan customer (pengguna) yg sangat basic, segmen pasarnya juga perfect untuk product tersebut, dan timing nya j7ga sudah tepat.
Misalnya, produk2 fintech.
Produk2 fintech ini sangat membantu customer karena customer punya masalah2 basic seperti males ke bank dan ngantri disana hanya untuk sekedar transfer uang, ngga mau nyimpen recehan kembalian yg sebenernya bisa disimpen dan dikumpulin di dompet digital, pengen beli saham tapi takut ribet daftar2nya dan mantaunya gimana, dan banyak lagi masalah yg bisa dijawab oleh produk fintech.
Ngga ada produk fintech yg bisa secara sempurna/perfect bisa nyelesaiin semua permasalahan di dunia. Tapi kalau ia bisa menyelesaikan satuuu aja masalah, dan tau dengan pasti siapa yg bakal memanfaatkan solusi tersebut, then it becomes perfect. Disebutnya “product-market fit”.
Jadi, idealnya harus bergerak dari market dulu. Kalau udah nemu apa masalah yg ada, dan siapa (segmen pasar) yg punya masalah tersebut, then baru kita bisa mengembangkan apa yg kita anggap sebagai solusi (produk atau layanan) buat masalah tsb.
Dan ngga kalah penting, produk2 teknologi ini juga bisa jadi perfect karena timing (momentum) nya juga pas dan mumpuni. Kalau produk2 ini keluar 10 tahun lalu, mungkin orang belum banyak yang terbiasa dengan penggunaan internet dan aplikasi. Dan handphone2 nya juga belum mumpuni kan 10 tahun lalu 😁. Dan sebaliknya, kalau produk fintech kamu baru rilis 10 tahun kedepan, well… it’s way too late.
Jadi, bukan masalah seberapa perfect produk tersebut (karena dibuat oleh seorang perfeksionis). Tapi lebih ke:
Ketiga hal tersebut bukan urutan, atau bisa dibilang… hmm, sama pentingnya 😁. Tapi personal view dr aku sih, yg nomer satu adalah yg terpenting 🙏
Dan ga perlu mikirin untuk bikin sesuatu yg perfect dari awal. Produk kamu akan terus berkembang sejalan bersama proses untuk terus mendengarkan feedback/masukkan dari customer kamu. Empati jadi skill terpenting disini, bukan technical atau academic skills 🙃
Oiya, ini aku share berdasar pengalaman pribadiku membantu dalam membangun berbagai produk/layanan dgn berbagai segmen pasar yg beda2 juga, dan timeline yang juga beda- beda. Jadi kalau ada yang punya pandangan lain, dan masukan lain, aku seneng banget untuk belajar dari kalian Quorans 🙏
Sehat dan sukses selalu yaaa 🇲😊
See lessSeperti apa rasanya tinggal di komplek kopassus? Adakah tetanggamu yang motong keramik siang-siang di sana?
Saya tinggal di salah satu komplek kopassus di kota saya. Bukan diperuntukan khusus untuk kopassus yang masih aktif, melainkan yang sudah pensiun atau purnawirawan. Meskipun ada beberapa tetangga saya yang meneruskan jejak ayah atau kakeknya menjadi kopassus. Namun, di keluarga besar saya dari garisRead more
Saya tinggal di salah satu komplek kopassus di kota saya. Bukan diperuntukan khusus untuk kopassus yang masih aktif, melainkan yang sudah pensiun atau purnawirawan. Meskipun ada beberapa tetangga saya yang meneruskan jejak ayah atau kakeknya menjadi kopassus. Namun, di keluarga besar saya dari garis keturunan ibu, hanya alm. kakek yang berprofesi sebagai Kopassus. Belum tahu apakah ada cucu-cucu beliau yang meneruskan jejak tersebut.
Mungkin karena bukan komplek kopassus yang notabene aktif, jadi tidak ada penjagaan di pintu masuk utama yang penjaganya menggunakan senjata. Hanya ada gapura berupa belati (?) dan patung macan. Ini foto saya ambil dari gmaps.
Hanya saja untuk yang tidak tinggal di sana, ketika masuk akan diminta untuk tinggalkan ktp/sim/stnk dan ditanyakan keperluannya apa. Kecuali untuk kurir, ojek online, atau tukang sayur.
Apakah ada tetangga saya yang potong keramik siang-siang?
Ada kok hahaha. Kebetulan tetangga samping rumah saya tinggal ada anggota keluarganya yang berprofesi sebagai tukang bangunan. Kami yang tinggal di sini biasa menggunakan jasa beliau untuk perbaikan rumah, jadi akan ditemukan juga suara mesin pemotong keramik ini hehe.
Lalu terkadang di lapangan komplek juga dibuat sebagai tempat reuni para purnawirawan. Entah sekadar temu sapa atau olahraga bersama. Kalau ditanya rasanya tinggal di sini seperti apa? Biasa-biasa saja, seperti tempat tinggal pada umumnya.
See less