1. Rich dad VS Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki bahasanya cukup ringan dan mudah dimengerti. Justru sebagian ide dari buku ini, “membelot” kaidah perencanaan keuangan “konvensional”. Misalnya : jangan berhutang. Hidup jangan melebihi kemampuan! Padahal, kitabtak bisa secara persis tahu kemampuan bila kita senantiasa meningkatkan kemampuan kita.
2. Financial Revolution karya Tung Desem Waringin
3. I Will Teach You to be Rich karya Ramit Sethi

Buku ini menjelaskan soal peran fixed dan growth mindset yang diperlukan dalam meraih impian atau cita-cita. Seperti mengenai bakat, yang sebenarnya bukan yang kamu miliki dari lahir tetapi itu sesuatu yang kamu asah dan latih dengan gigih.

Dalam meraih mimpi, kegigihanlah yang kita perlukan. Kamu mau jadi penulis? berlatihlah dengan gigih.

Tidak ada yang namanya bakat. Yang ada adalah kegigihan, ketekunan, dan latihan terukur yang bisa menyebabkan kita menguasai sesuatu.

Coba baca The Jacatra Secret. 

Buku ini merupakan novel fiksi karya Rizky Ridyasmara yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka. The Jacatra Secret memang merupakan tulisan cerdas, sempurna untuk pecinta sejarah dan sarat teka-teki.  Pembaca diajak menjelahi relung-relung sejarah Kota Jakarta dengan diwarnai kejutan demi kejutan.

The Jacatra Secret mengatakan bahwa Indonesia, ditakdirkan sebagai bangsa yang besar, dengan kekayaan alam yang sangat berlimpah, tetapi kian hari kian tak terurus. Para pemimpinnya bagai maling yang dengan buas dan serakah merampok semua harya kekayaan rumahnya sendiri. Mereka semua cakar-cakaran dan bersaing dalam perlombaan korupsi. Sementara itu, rakyat dibiarkan hidup dalam kemiskinan yang kian parah. Negeri ini seperti bom waktu yang tinggal menunggu momentum untuk meletus.

Jutaan kubik pasir telah dikeruk dan diselundupkan untuk memperluas wilayah Singapura, menyebabkan sejumlah pulau kecil dalam wilayah Indonesia hilang tenggelam dan batas teritorial negara ini kian menyempit. Air di negeri ini pun sudah banyak yang jatuh ke tangan Prancis. Dan, udara, Singapura lagi-lagi telah menguasainya.

Hal yang tersisa di negeri ini hanyalah para badut politik dan para pejabat yang memperkaya diri sendiri dengan menipu rakyatnya terus-menerus. Segala daya upaya kekuatan Nekolim ini mencapai sukses pada paruh akhir 1965. Soekarno tumbang, naiklah Jendral Soeharto. Haluan Negara pun berubah, dari kemandorian menjadi satu negara budak kekuatan imperialisme dunia.

Jakarta sampai hari ini pun masih mengandung banyak misteri. Tidak hanya di atas tanahnya, tetapi juga di dalam tanahnya. Hanya sedikit orang yang mengetahui hal ini. Terutama para pembangunnya, para Mason. Aku yakin, sosok Profesor Sudrajat Djoyonegoro yang ada di buku ini memang ada.

Saya pikir tokoh Profesor Sudrajat adalah Widjojo Nitisastro.

Widjojo, pada jaman Soeharto, adalah seorang begawan ekonomi Indonesia yang juga dikenal sebagai arsitek utama perekonomian orde baru. Pria kelahiran 23 September 1927 ini pernah menjabat sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dari tahun 1971 sampai 1973. Selain itu, ia juga pernah ditunjuk sebagai Menko Ekuin sekaligus Ketua Bappenas untuk periode 1973-1978 dan 1978-1983. Widjojo sering dijuluki mafia Berkeley, diberikan pada sekelompok menteri bidang ekonomi dan keuangan yang memerintahkan kebijakan ekonomi Indonesia pada masa awal pemerintahan Soeharto.

Sama seperti tokoh Profesor Sudrajat, Widjojo mahasiswa paling cemerlang dikampusnya, dari FEUI kemudian berkesempatan kuliah di University of California and Berkeley atas beasiswa Ford Foundation, lulus 1961 dan balik ke Indonesia. Bedanya, tertulis Profesor Sudrajat mendapatkan beasiswa di Harvard. Tapi sama saja, keduanya ditempatkan di Bappenas dan dalam waktu singkat menjadi salah satu ekonom paling berpengaruh di negeri ini.

Tapi entahlah, Widjojo hanya tokoh sebenarnya dari buku ini yang hanya menurutku saja. Mungkin atau bisa jadi penulis mengatakan bukan itu atau bahkan ada ekonom lain yang ada di Bappenas juga. Karna buku ini juga, setiap kali aku berjalan jalan di kota Jakarta, aku jadi semakin memperhatikannya, teringat isi buku ini, tiap kali melewati bundara HI, Taman Senopati, Gedung Bappenas, Monas, Menteng. Belum lagi, istilah 6 dan 13 di berbagai produk dan perusahaan multinasional. Hahah. Aku menjadi selalu memperhatikan barcode, cadburry, pepsi cola, coca cola, GE, windows dan masih banyak lagi.