1. Kalau kamu bertemu ulah di hutan, sawah, kebun, pekarangan, sungai atau rawa yang tidak dekat dengan pemukiman maka biarkan saja, jangan mendekat. Tapi kamu juga harus berhati-hati dengan ular berbisa yang mirip daun kering yaitu ular tanah atau ular gibuk yang bisa bertahan diam di satu tempat selama berhari-hari. Kamu harus memilih jalan yang tanahnya terlihat supaya tidak menginjaknya.
2. Kalau kamu menemukan ular pipa atau ular kepala dua, ular ini tidak berbisa hanya memakan cacing dan serangga. Kalau kamu menemukan ular viper di rumah jangan memegangnya lebih baik disapu atau ditutup dengan toples.
3. Kalau kamu menghadapi ular dengan panjang lebih dari satu meter dan yakin tidak berbisa, pegang ekornya dengan satu tangan dan biarkan sebagian badannya di tanah ambil sapu/tongkat, angkat sisa badan ular dari bawah, masukkan ke kantong/karung untuk direlokasi.
4. KAlau bertemu ular yang panjangnya lebih dari satu meter dan berbisa, Tidak disarankan memegang kepala. Pakailah celana panjang dan sepatu. Jika kebetulan ular yang dijumpai adalah ular kobra, pakailah kacamata/face shield.
5. Kalau ular sudah mendekat, mematunglah sampai ularnya pergi. Sama seperti kita yang tidak mau berjumpa dengan ular, ular juga tidak mau berjumpa dengan kita.

Pola asuh genderless atau gender-netral ini mencoba untuk tidak mengkotak-kotakkan hal-hal semacam itu pada pengasuhan anak. Jadi, anak cenderung akan diberikan kebebasan untuk bermain atau menggunakan warna tanpa embel-embel “ini adalah mainan laki-laki” atau “ini warna untuk perempuan”. Sehingga, kelak bukan tidak mungkin anak akan memiliki pandangan yang lebih luas dalam merancang masa depannya. Misalnya, tidak menutup kemungkinan anak laki-laki akan terinspirasi untuk menjadi chef, atau menjadi perancang busana, stylist, seniman.

Sehingga saya memutuskan untuk menggunakan pola asuh ini, agar di masa depan dia tidak judgemental dan open-minded. Selain itu, saya juga ingin anak saya kelak bisa menghargai gender dan jenis kelamin yang berbeda dengannya tanpa menganggap orang lain dengan kelamin yang berbeda dengannya lebih rendah dari yang lain.

Meski buku ini bukan terjemahan dari versi bahasa inggris, tapi penulis Henry Manampiring sangat apik mengulas filosofi stoic ini. Bahasanya sederhana, contoh kasus juga dekat dengan sehari-hari namun tetap sarat makna.

Buku Filosofi Teras menceritakan bagaimana pemikiran Yunani Kuno, khususnya di dalam aliran filsafat Stoiksisme, akan dikemas dalam bentuk yang lebih asyik untuk dibaca oleh kaum milenial. Bisa dikatakan bahwa Stoiksisme adalah “Budhisme dari Tanah Yunani”. Pertanyaan-pertanyaan mengapa kita sering mudah tersinggung jika ada yang berkomentar buruk tentang kita atau pendapat kita di media sosial, mengapa kita cenderung menginvestasikan “saham status sosial” di dalam media sosial, dan seterusnya – hal-hal seperti ini dibahas oleh penulis asal STF yang mendalami Stoiksisme.