Untuk membantu memberi pertolongan pertama pada korban kecelakaan sebenarnya perlu pelatihan khusus karena jika tidak tepat melakukannya maka dapat berakibat fatal. Namun beberapa hal dasar yang dapat kamu lakukan adalah:

1. Pastikan kamu dan orang yang akan kamu tolong aman terlebih dahulu, jangan melakukan pertolongan di tengah jalan raya.
2. Jangan memberi air ataupun minyak kayu putih kepada korban, hal ini akan memicu korban tersedak dan malah berakibat fatal.
3. Jangan berkerumun sebab korban membutuhkan oksigen lebih banyak.
4. Panggil ambulans untuk pertolongan lebih lanjut.
5. Kamu juga bisa memeriksa kesadaran korban dengan memanggil, menggoyangkan tubuh dengan pelan, jika tidak ada respon tekan ibu jari. Jika pasien masih tidak sadar periksa nadi dan pernapasan korban. Jika nadi teraba dan pasien masih dapat bernapas baik tidak ada suara seperti mengorok maka pasien kemungkinan masih dalam kondisi aman. Namun jika tidak, maka diperlukan pertolongan lebih lanjut

Kalau berdasarkan sharing teman saya, rata-rata menjawab karena dokter memang dibiasakan untuk menulis cepat. Apalagi dalam menangangi pasien, sehingga menulispun harus secepat mungkin.

Sumber: Bing Images

Misalnya saat kuliah, seluruh ujian postest atau pretest pada saat praktikum hanya boleh dikerjakan 1 menit per 1 soal esai.

Kemudian saat di IGD, ada banyak pasien yang harus ditangani dalam waktu yang bersamaan sehingga lembar catatan medisnya pun harus cepat dilengkapi agar bisa segera diberikan pelayanan.

Ada lagi saat menelpon dokter spesialis untuk konsultasi keadaan pasien, dokter spesialis tidak pernah memberikan instruksinya dalam kalimat yang pelan-pelan, pasti akan cepat bicaranya dan sebagai penanya, sehingga untuk mencatat juga harus cepat.

Sedangkan soal sesama nakes yang dirasa lebih bisa membaca tulisan dokter, itu hanya karena mereka mengerti kosa kata yang biasa digunakan dokter sehari-hari dalam tulisannya sehingga lebih bisa memperkirakan bacaan dari tulisannya.

Kalau bisa dilakukan, kemungkinan besar orang yang menerima donor otak akan menjadi manusia yang berbeda. Sebab pusat pengendalian kesadaran manusia ada di otak bukan di jantung.

Orang Mesir kuno percaya bahwa jantung adalah tempat jiwa, mengendalikan sensasi, pikiran, dan gerakan tubuh. Konsep ini dikenal sebagai hipotesis kardiosentris. Gagasan yang telah terpelihara hingga Archimides dan sebagian dari filsuf Yunani kuno lainnya ini mempengaruhi Abad Pertengahan hingga Kebangkitan Islam.

Misalnya Caligula, yang mengalami perubahan perilaku secara total setelah sembuh dari sakit yang dideritanya. Perilaku menyimpangnya adalah dia melakukan hubungan seksual dengan istri para pejabat di depan suaminya. Kemudian, ia juga memaksa para pejabat berhubungan intim dengannya di depan para isterinya. Ia menjadi pemimpin yang akhirnya dibenci oleh masyarakat Romawi kuno. Dan mati ditikam lebih dari 30 kali oleh sekelompok penjaga.

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa timbal asetat yang mencemari anggur yang sering diminumnya, sebagai pemicunya. Di dalam otak, kerusakan akibat timbal di korteks serebral prefrontal, hipokampus, dan otak kecil dapat menyebabkan berbagai gangguan neurologis, seperti kerusakan otak, keterbelakangan mental, masalah perilaku, kerusakan saraf, dan mungkin penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, dan skizofrenia.

Kerusakan pada otak bisa mengubah perilaku seseorang, tapi tidak pada kerusakan jantung. Misalnya, bagaimana transplatasi jantung yang berhasil dilakukan tidak mengubah kesadaran orang yang menerima organ donor atau pada orang-orang yang menggunakan jantung buatan seperti Stan Larkin.

Dia memiliki ransel abu-abu yang selalu menemani Larkin, untuk tetap membuatnya hidup. Di dalam tas itu terdapat sebuah sumber tenaga yang membuat jantung buatannya tetap bekerja. Jantung asli Larkin telah dikeluarkan dari tubuhnya. Lalu diganti dengan sebuah perangkat yang memungkinkannya untuk tetap tinggal di rumah ketimbang di rumah sakit, sambil menunggu untuk menerima transplantasi. Tak ada perubahan perilaku atau kesadaran yang terjadi.

Jadi apabila transplantasi otak berhasil dilakukan, kemungkinan besar iya, akan ada kesadaran yang berubah sesuai dengan milik si pendonor karena di dalam otak tersimpan banyak kenangan pemilik lamanya atau malah justru mengalami hilang ingatan

Seragam dokter yang berwarna putih yang sering kita lihat itu fungsinya ada dua yaitu jas dokter dan jas lab. Filosofinya, putih melambangkan kebaikan yang diberikan oleh si dokter dalam menyembuhkan pasiennya. Putih melambangkan bersih, suci, sehat, sekaligus representasi prinsip kedokteran “Primum non nocere” atau “Do no harm”.

Sedangkan jas lab berwarna putih karena fungsinya sebagai pelindung dari berbagai kontaminan dan zat kimia. Dengan berwarna putih, noda tersebut jadi mudah terlihat. Selain itu, jas lab pasti membutuhkan banyak extreme treatment dalam pencucian seperti disikat atau bahkan bleaching. Treatment tersebut akan merusak warna kain, namun tidak dengan warna putih.

Sumber; google

Nah, kalau baju untuk operasi justru hijau atau biru. Hal ini karena selama operasi pandangan dokter akan terfokus pada warna merah dari darah. Jika terus berlangsung, mata dokter akan menjadi lelah dan kurang sensitif untuk membedakan berbagai warna organ dalam pasien yang dioperasi.

Warna hijau atau biru diketahui memiliki efek menyegarkan mata yang sudah terlalu banyak menatap warna merah. Ini karena hijau adalah kebalikan dari merah pada roda warna. Sehingga, mata dokter menjadi tetap sensitif dan tetap dapat melakukan operasi dengan kondusif.

Sumber: google