Konon, Hitler dianggap bertanggung jawab atas kematian 6 juta orang Yahudi. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa angka tersebut mungkin dibesar-besarkan. Berdasarkan sensus Eropa tahun 1939, sebelum ekspansi Hitler ke negara-negara tetangga, jumlah total orang Yahudi di seluruh Eropa hanya sekitar 3,5 juta. Lalu, dari mana Hitler mendapatkan tambahan 2,5 juta orang Yahudi untuk dibunuh?
Dari 3,5 juta tersebut, sekitar 2 juta tinggal di Rusia dan negara-negara Eropa Timur yang merupakan bagian dari Soviet, yang kemungkinan besar selamat karena jangkauan Nazi Jerman tidak pernah sepenuhnya menguasai Soviet. Sementara itu, di wilayah Drittes Reich, yang dikuasai Jerman pada saat itu, hanya sekitar 1,5 juta orang Yahudi.
Dari 1,5 juta ini, ada ratusan ribu yang berhasil melarikan diri. Beberapa melarikan diri ke Rusia, lalu ke China, dan menetap di Ghetto Yahudi di Shanghai. Republik China saat itu menyediakan tempat tinggal bagi orang Yahudi yang melarikan diri, dengan sekitar seratus ribu orang Yahudi di Ghetto Shanghai pada puncaknya. Selain itu, beberapa orang berhasil melarikan diri ke Spanyol, Belanda, atau negara-negara Baltik, dan kemudian pindah ke Inggris, AS, atau negara-negara Amerika Latin. Diplomat Jepang, Chiune Sugihara, juga menyelamatkan sekitar sepuluh ribu orang Yahudi dengan memberikan visa transit agar mereka dapat pindah ke negara yang aman. Untuk jasanya, Sugihara dianugerahi penghargaan “Righteous Among the Nations” oleh Israel pada tahun 1985, menjadikannya satu-satunya non-Yahudi yang menerima penghargaan tersebut.
Dengan mempertimbangkan semua ini, dapat disimpulkan bahwa memang benar Hitler bertanggung jawab atas kematian sejumlah orang Yahudi, tetapi jumlahnya mungkin bukan 6 juta, melainkan sekitar satu juta. Meskipun ini adalah angka yang besar dan menunjukkan kekejaman, Hitler tidaklah unik dalam hal kekejaman.
Sebagai perbandingan, kita bisa melihat tindakan-tindakan kekejaman yang terjadi di masa kini. Misalnya, pada tahun 2016, perintah dikeluarkan untuk menjatuhkan 26.171 bom, yang jika digabungkan dengan bom NATO menjadi 33.234 bom, di tujuh negara: Irak, Suriah, Pakistan, Yaman, Afghanistan, Libya, dan Somalia. Bom-bom ini dijatuhkan di fasilitas publik dan pemukiman sipil, menyebabkan sekitar 2 juta kematian dan lebih dari 5 juta orang kehilangan tempat tinggal serta harta benda mereka. Doktrin perang AS memang sering menargetkan sasaran sipil, sebagaimana terlihat dari perintah untuk menjatuhkan 260 juta bom di Laos oleh Eisenhower untuk mencegah komunisme.
Selain itu, di bawah kepemimpinan saat ini, blokade Gaza dan pemboman menyebabkan kematian sekitar 18 ribu warga Gaza, dengan sekitar 80% di antaranya adalah wanita dan anak-anak. Kekejaman ini memicu kemarahan di kalangan masyarakat Muslim dan juga di China, yang melihatnya sebagai pengingat kekejaman Jepang di Nanjing. Bahkan beberapa orang Yahudi menolak Zionisme karena kekejaman yang terjadi, yang mereka rasa mengancam eksistensi mereka sendiri.
Selain itu, propaganda yang dilakukan oleh Hitler melalui Joseph Goebbels menciptakan ilusi di kalangan rakyat Jerman, mirip dengan bagaimana propaganda modern mempengaruhi pandangan kita tentang negara-negara lain seperti Korea Utara, China, dan Rusia. Kita sering kali hanya mendapatkan informasi negatif, yang membuat kita hidup dalam ilusi tentang keadaan dunia.
Penutupnya, meskipun kita sering mengenang Hitler sebagai penjahat dari masa lalu, banyak tindakan kekejaman serupa yang terjadi di masa kini, menunjukkan bahwa semangat kekejaman seperti yang ditunjukkan oleh Hitler masih ada dan berlanjut hingga hari ini.