(Buat jaman sekarang) Titik puncak persahabatan yang setia itu dianggap sebagai hubungan sesama jenis! (Khusus untuk pria). Stereotip ini hanya diberlakukan pada pria saja. Hal ini membatasi pria dalam mengekspresikan perasaan terhadap temannya. Berbeda dengan wanita. Mereka bisa bercanda-canda secara umum, saling berpelukan, bahkan pergi ke toilet bersama tanpa dianggap sebagai lesbian. Saya pernah mengalami hal yang sama.
Suatu hari, saya dan teman kecil saya sedang berjalan melewati kompleks rumah seseorang. Sambil ngobrol secara acak dan tertawa-tiwi, kami saling merangkul. Tiba-tiba, salah satu orang yang sedang berkumpul di sana berkomentar:
Awas kalian ntar homo, lho!
Ketika mendengar kalimat tersebut, ekspresi kami langsung berubah. Tawa berganti dengan tatap-tatapan karena kami tidak mengerti (saat itu kami masih kelas 2 SD), dan sejak itu saya mulai memahami banyak hal tentang pertemanan. Entah dari pengalaman nyata atau dari film-film seperti Naruto, Harry Potter, dan One Piece yang mengajarkan arti kesetiaan dalam persahabatan.
Namun, apa yang saya dapat dari semua itu? Saya sendiri mulai memahami apa itu cinta sejati. Saya merasa bisa memahami kebingungan dalam cinta yang dialami oleh komunitas LGBT. Cinta sesama jenis adalah sah, tetapi mereka salah memahaminya. Salah dalam konsepnya.
Cinta sejati adalah sesuatu yang bisa diberikan oleh siapa pun kepada siapa pun. Tidak ada batasan gender atau usia. Namun, batasnya terletak pada bagian emosi.
1.) Tidak ada masalah jika laki-laki atau perempuan mencintai anak-anak. Namun, menjadi salah jika cinta tersebut dipicu oleh nafsu atau keinginan seksual. Hal ini disebut sebagai pedofilia.
2.) Tidak ada masalah jika seorang laki-laki mencintai laki-laki dengan tulus, selama mereka menyadari bahwa cinta yang mereka rasakan hanya sebatas itu (rela berkorban dan melakukan apapun) tanpa diiringi oleh nafsu atau keinginan seksual. Dalam agama Islam, banyak orang dan para sahabat yang mencintai Nabi Muhammad S.A.W, dan ternyata hal tersebut diperbolehkan. Tidak ada pelanggaran dan tidak dianggap sebagai LGBT.
3.) Tidak ada masalah jika orang tua mencintai anaknya dan sebaliknya, selama cinta tersebut tidak dipicu oleh nafsu. Namun, menjadi salah jika hal tersebut dilakukan secara fisik. Hal ini disebut sebagai incest.
Saya benar-benar mengerti hal itu karena saya bisa merasakan cinta yang tulus dari seorang teman. Mereka sungguh-sungguh mencintai saya. Sama seperti mereka mencintai pasangan mereka. Satu-satunya perbedaannya adalah tidak ada keinginan seksual yang terlibat dalam hubungan kami. Mereka rela berkorban, tanpa mengharapkan imbalan, dan selalu ada untuk saya. Itu adalah bentuk cinta sejati yang bisa dirasakan oleh siapa pun.
Jadi, apa sebenarnya definisi seorang teman? Seperti angin. Bergantung pada arah mana kita berjalan, kita akan selalu menemukan makna yang sebenarnya dari apa yang kita cari. Tetapi jujur, pertemanan membuat saya menyadari dan memahami makna cinta yang sebenarnya tanpa melibatkan unsur seksual.