Mirip dengan prinsip dalam ilmu hadits, cara paling mudah untuk membedakan hoaks dari berita yang benar adalah dengan mengajukan pertanyaan:
“Kata siapa?”
Pertanyaan ini efektif untuk mendorong orang yang membagikan berita tersebut untuk memverifikasi kebenarannya. Jika mereka tidak dapat menjawab atau mencoba mengalihkan, bisa jadi berita itu hoaks. Berita yang sah biasanya memiliki sumber yang jelas. Misalnya:
“Hey, ada gempa di daerah X.”
“Kata siapa?”
“Barusan aku baca di tweet BMKG.”
Jika sumbernya jelas, kita bisa memeriksa kebenarannya. Jika tidak, teruskan bertanya:
“Dari grup sebelah.”
“Oh, grup apa? Dari mana sumbernya?”
Dengan cara ini, kita secara tidak langsung mengajarkan pentingnya memverifikasi berita sebelum membagikannya, dengan cara yang sopan dan halus. Saya juga menerapkan ini kepada orang tua karena hoaks bisa sangat berbahaya.
Untuk orang yang bersikeras, lebih baik tidak perlu diperdebatkan. Tidak ada gunanya berargumen tentang sesuatu yang belum tentu benar.
Secara umum, saat membagikan informasi, saya selalu menyertakan tautan asli. Cuplikan layar bisa dimanipulasi dengan mudah, jadi selalu sertakan sumber dan tautan asli.
Berhati-hatilah, hoaks adalah taktik modern untuk memecah belah dan menguasai.