- Memaksa anak-anaknya yang dibawah umur untuk bekerja, meskipun dia sendiri dalam usia produktif. Contohnya, yang menjadi viral, menunjukkan seorang ibu yang duduk manis di warung dan memesan makanan dan minuman, tetapi anaknya dipaksa ngemis di jalan. Orang-orang yang memviralkan video ini mengunjungi ibu ini, dan responsnya aneh. Jika dia mengatakan bahwa anak tidak dapat ditinggal, apa hubungannya dengan eksploitasi anak?
- Memaksa anak sulung untuk menafkahi adik-adiknya. Maaf, ini sering banget dianggap baik, bagus, normal bahkan “kewajiban” sebagai anak berbakti. Kalau kebiasaan ini dianggap benar, sama saja kita mendukung anak jadi backup plan orang tuanya. Kebiasaan ini yang membuat banyak orang tua males KB, masa bodoh nanti bisa nafkahi atau tidak, masa bodoh nanti pendidikan makin murah atau mahal, toh ada anak sulung ini yang nafkahin adik-adiknya.
- Mengatur “tarif” untuk wali nikah anak perempuannya. Saya minta maaf, tetapi ini biasanya terjadi pada laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Selama ini, dia tidak mengurus, menafkahi, atau mendidik anak perempuannya. Bahkan, ketika anaknya ingin menikah, dia tiba-tiba menjadi eksklusif dan menetapkan tarif untuk meminta walinya.
- Menganggap konsep “berbakti” dengan mengungkit semua pemberian orang tua kepada anak. Akhirnya, anak akan “dipaksa” untuk “membalikkan modal” orang tua yang telah mengurusnya. Kalau tidak dituruti, biasanya nyepatani, ancam dengan sebutan durhaka sampai mendoakan keburukan anak.
- Menjadi orang ketiga kehancuran rumah tangga anaknya. Biasanya, orang tua seperti ini cenderung mengontrol penuh anaknya, sekalipun anaknya sudah menikah. Ada yang ingin menguasai keuangan secara penuh, ada juga yang semena-mena kepada menantu dan cucunya.
- Menikahkan anaknya untuk “melunasi utang” orang tuanya. Sangat disayangkan bahwa beberapa orang tua memberi tahu anaknya bahwa mereka harus memiliki pasangan kaya raya, tidak peduli calonnya sudah menikah atau tidak. Tidak masalah jika Anda ingin menjadi pelakor atau pebinor; yang penting adalah hartanya dapat melunasi utang keluarga dan meningkatkan derajat ekonomi mereka. Kejadian ini tidak hanya terjadi di film; itu benar-benar terjadi di dunia nyata.
- Tidak peduli dan tidak mau tahu “pekerjaan” anaknya, yang penting “kasih jatah” tiap bulan sekian. Maaf, saya dulu pernah menemani dosen melakukan penelitian sosial di daerah Kota Tangerang Selatan. Daerah ini cukup dikenal karena banyak prostitusi terselubung, entah di kontrakkan, kost atau tempat hiburan malam. Kami melakukan wawancara dengan 75 orang perempuan tunasusila dan diperoleh data bahwasanya dari 75 orang ini, sebanyak 68 diantaranya, keluarga mereka, terutama orang tuanya tahu pekerjaan mereka. Sengaja menutup mata, demi “jatah bulanan” dari anaknya. Tega dan miris sekali.
Qatrunnada auliaProfessional
Apa contoh dan bentuk kedurhakaan orang tua terhadap anaknya, selain nafkah lahiriyah (materialis)?
Share