Itu benar-benar nyata, terutama di Indonesia! Kasus paling sederhana, tentu saja, berkaitan dengan gagasan bahwa lelaki harus menjadi tokoh utama dalam cerita percintaan sedangkan wanita harus berperan sebagai tokoh gono-gini. Apa kesan Anda? diskriminatif dan menunjukkan bahwa pria harus mengorbankan diri dan bekerja keras untuk mendapatkan cinta. Jadi, wanita tampak seperti sumber daya alam manusia yang harus dilindungi dan dibunuh.
Ketika seorang pria mencintai seorang wanita, dia harus mengejar wanita tersebut agar dianggap sebagai pria sejati. Ini berbeda dengan cerita ketika seorang wanita mencintai seorang lelaki; di sini, biar lelaki yang mengejar wanita itu adalah gengsi, karena mengejar wanita tersebut mungkin dianggap murahan dan memberi kesan mengejar.
Logika macam apa ini?
Bukan nya cinta itu harus dari dua individu sekaligus? Kalau cuma berpikir lelaki = pemberi cinta dan wanita = penerima cinta apakah terdengar adil? Wanita tidak perlu merasa gengsi atau malu hanya karena mengejar seorang yang dicintai nya. Begitupula pria yang gengsi kalau tidak ngejar dan ketika dikejar merasa lelaki yang buruk. Please stop with this nonesense, everyone belongs to love and being loved.