Kita semua, aku, kamu, dia, mereka, sering kali memiliki kebiasaan seperti ini. Suka ragu dan tidak percaya hingga mengalami sendiri. Pada Februari 2020, seharusnya:
- Kita melakukan lockdown, tracing, dan isolasi untuk yang positif.
- Menutup perbatasan, memperbolehkan yang masuk tetapi harus karantina terlebih dahulu.
- Setelah situasi dalam negeri aman, karantina bagi yang ingin masuk dari luar. Ini seperti kebijakan Singapore: tracing dan menjaga perbatasan, meskipun biayanya besar.
Biaya untuk semua itu kira-kira:
- Jika lockdown per individu diberikan makan: 200 juta x 300 ribu orang selama 1 bulan, totalnya sekitar 60 triliun. Bantu hitung ya.
- Biaya tracing dan lainnya, anggap saja 40 triliun.
- Untuk mengurangi risiko, siapkan 300 triliun untuk keamanan dalam negeri dan pencegahan dari luar.
Kita enggan mengeluarkan 300 triliun di awal. Sebaliknya, kita memilih mengeluarkan lebih banyak uang di kemudian hari dengan efek kehancuran yang lebih besar.
Juni 2020: 900 triliun.
Kita sering seperti itu: lebih memilih mengeluarkan biaya di belakang daripada di depan. Seperti pinjol dengan bunga 1% per hari—masalah akan dipikirkan nanti. Pensiun dipikir nanti, kan ada anak-anak. Malas melakukan papsmear yang harganya 3 juta, lebih baik menderita kanker yang harganya 100 juta. Malas vaksin, lebih baik sakit. Malas ke rumah sakit, lebih baik ke dukun dulu, baru ke rumah sakit kalau sudah parah, padahal ada BPJS. Malas lockdown awal dan mengeluarkan 300 triliun, memilih mengeluarkan lebih banyak kemudian.
Sekarang, kita dihadapkan pada pilihan sulit. Jika PPKM diperpanjang selama 6 minggu, ekonomi akan hancur. Namun, jika tidak ada PPKM, angka kasus akan meningkat. Kekebalan alami lebih lambat dibandingkan kekebalan buatan (vaksin).
Perbedaan utamanya adalah bahwa kekebalan alami bisa menyebabkan kematian sekitar 2%, sedangkan kekebalan buatan sangat minim kematian. Namun, virus tidak peduli; ia hanya berhenti ketika 70% populasi memiliki kekebalan, entah alami atau buatan.
Saat ini, baru 5% dari populasi yang divaksin. Dengan kasus COVID-19 sekitar 2 juta, jika kita anggap data yang terlapor dan tidak terlapor sekitar 10 juta, maka sekitar 5% sudah terinfeksi. Total kekebalan baru mencapai 10% dari target 70%, masih kurang 60%.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Ini adalah prediksi, bukan sugesti. Saya juga tidak ingin begini. Namun, biasanya setelah mendung, hujan turun. Setelah siang, malam datang.
PPKM mungkin akan dihentikan karena ekonomi tidak mampu menanggungnya. Jika PPKM dihentikan, kasus akan meningkat, dan biaya perawatan akan naik. Saya tidak tahu bagaimana pemerintah akan mendanainya, mungkin dengan utang, karena dana di era pandemi terbatas.
Saat ini, tujuan Indonesia adalah bertahan hidup. Peluang bertahan lebih tinggi jika PPKM dihentikan, tetapi korban akan banyak. Jika PPKM diteruskan, masalahnya adalah kelaparan. Ini adalah pilihan yang sangat berat.
Rencana Terbaik
- Tidak membatasi ekonomi: biarkan warung dan restoran buka untuk memastikan orang bisa bekerja dan tidak mati kelaparan.
- Terapkan prokes ketat dengan sanksi, terutama masker. Masker sangat penting. Setuju untuk ekonomi berjalan dan masker wajib. Jika tidak memakai masker, denda 500 ribu. Masker harus tetap digunakan, dengan ruang makan yang diatur seperti ruang rokok.
- Lanjutkan vaksinasi. Bersama kekebalan alami, kita bisa mencapai herd immunity.
- Efek yang harus ditanggung adalah angka kematian akibat kekebalan alami.
Ini tampaknya adalah rencana terbaik yang tersedia. Atau ada saran lain? Silakan beri komentar.