Apa kendala yang dialami UMKM untuk memasarkan produknya untuk ekspor?
Share
Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Menurut saya ada beberapa kendala yang mungkin saja dihadapi para UMKM:
Biasanya dalam bisnis, pengusaha menerima uang 50% di muka sebagai tanda jadi, nanti pelunasan diberikan bila sudah ada bukti bahwa pengiriman sudah dilakukan, bahkan ada yang mensyaratkan bahwa pelunasan baru dilakukan setelah barang diperiksa di lokasi tujuan (pembeli) dengan kualitas yang memenuhi syarat sesuai perjanjian.
Kemudian, pihak pembeli pasti menawar, dan keuntungan yang diterima pengusaha UMKM tersebut juga tidak terlalu besar. Kira-kira mereka untung 10%. Artinya harga modal 90% ditambah profit 10%. Masalahnya mereka hanya terima tanda jadi sebesar 50%, jadi masih ada 40% yang belum terpenuhi. Kalau nilainya kecil sih tidak masalah. Begitu volume-nya dalam hitungan container, mereka tidak punya cukup modal kerja untuk ini.
Saat membuat produk dengan jumlah banyak akan lebih sulit menjaga kualitasnya. Banyak pengusaha UMKM tidak siap. Nanti bakal tidak dibayar produknya karena kualitasnya tidak sesuai dengan perjanjian.
Ini relatif mudah diatasi, tinggal minta bantuan EMKL.
Akhirnya banyak pengusaha UMKM di Indonesia hanya menerima order ekspor untuk jumlah yang tidak banyak (tidak dalam hitungan container), sehingga kekurangan daya saing.