Langkah pertama dalam mengelola emosi adalah dengan memahami emosi yang ada dalam diri kita. Kenapa? Karena mengendalikan emosi tanpa pemahaman yang mendalam tidak akan efektif.
Pernahkah Anda mendengar bahwa setiap perasaan memiliki akar penyebabnya? Termasuk emosi yang muncul dari pola pikir tertentu.
Mari mulai dengan metode sederhana, yaitu Jin Shin Jyutsu.
Metode dari Jepang ini menyatakan bahwa kita dapat menyeimbangkan tubuh, pikiran, dan emosi dengan memegang jari-jari tertentu selama beberapa menit. Ibu jari mewakili perasaan cemas, jari telunjuk mewakili rasa takut, jari tengah mewakili kemarahan, jari manis mewakili kesedihan, dan jari kelingking mewakili usaha untuk mengendalikan situasi.
https://www.gbni.co.jp/recipe/sembuhkan-tubuh-dan-pikiran-dengan-teknik-jin-shin-jyutsu/
“Apakah benar hanya dengan memegang jari bisa memperbaiki ketidakseimbangan?”
Memang benar, asalkan dilakukan secara konsisten. Kuncinya adalah kesadaran, pengakuan, dan penerimaan terhadap semua emosi yang ada tanpa memberi label baik atau buruk. Rasakan dan amati emosi tersebut. Menolak atau menekan emosi hanya akan menjadikannya bom waktu di kemudian hari.
Jika ingin menggali lebih dalam, Anda bisa melakukan self talk atau menulis jurnal.
Contoh template jurnal untuk kecemasan:
“Hari ini saya merasa cemas karena _______. Saya sering mencemaskan tentang _______. Sensasi yang saya rasakan pada tubuh saat mengalami hal ini adalah _______ dan sensasi tersebut berlangsung selama _______ detik/menit. Saya memutuskan untuk _______.”
Memang mungkin terasa sulit pada awalnya, tetapi setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengidentifikasi emosi. Misalnya, jika seseorang dapat mengenali rasa cemas dalam dirinya, dia akan lebih memahami mana yang beralasan dan mana yang tidak. Begitu juga dengan rasa marah, dengan pemahaman yang lebih dalam, seseorang bisa lebih mudah mengetahui kapan ia mulai merasa marah dan menghindari pengambilan keputusan saat emosi tersebut menguasai.
Latihan untuk menyadari emosi adalah langkah penting dalam mengendalikannya.
“Namun, saya ingin mencoba referensi lain selain Jin Shin Jyutsu.”
Tentu saja bisa. Anda mungkin pernah mendengar tentang emotion wheel.
https://thechalkboardmag.com/the-feelings-circle-chart-emotional-communication/
Sekali lagi, baik melalui self talk, menulis jurnal, atau art therapy, carilah metode yang paling nyaman bagi Anda. Berkonsultasi dengan tenaga profesional juga bisa menjadi pilihan yang baik. Yang terpenting adalah tekad dan usaha Anda untuk memperbaiki diri.
Akhirnya, saya ingin membagikan bacaan yang relevan mengenai topik ini dari buku *Don’t Let Your Mood Become Your Attitude* oleh Lemon Psychology.
Tentu, saya ingat. Setiap emosi memang memiliki akar, dan sering kali akar tersebut berkaitan dengan luka inner child. Luka ini bisa berasal dari pengalaman masa kecil yang belum sepenuhnya sembuh atau diproses. Dengan memahami dan mengatasi luka inner child, kita dapat lebih baik dalam mengenali dan mengelola emosi kita.