Saat SMA, saya punya tetangga seorang bapak berusia sekitar 65 tahun. Beliau hidup dari passive income yang didapatkan saat masih muda, seperti beberapa kebun yang dikelola oleh petani sewaan dan beberapa ruko yang disewakan. Anak-anaknya juga cukup sukses, dengan dua dari lima anaknya menjadi konglomerat di Jakarta.
Bapak ini benar-benar tahu cara menikmati hidup. Setiap hari, ia menjalani rutinitas seperti beribadah, berolahraga, membaca buku, dan bergaul dengan banyak orang. Setelah salat Ashar, ia biasanya nongkrong di sebuah warung kopi, tempat yang sama dengan saya setiap sore.
Di warung kopi itulah, saya sering mendengar nasihat-nasihatnya yang masih saya ingat hingga sekarang:
1. Jika ingin berwibawa, tidak perlu sok jaim, cukup menjadi orang yang bersih. Orang yang bersih pasti terlihat berwibawa.
2. Terlalu mudah percaya lebih buruk daripada bodoh.
3. Bekerja dengan tenaga mungkin hanya menghasilkan cukup untuk kebutuhan sehari-hari, seperti se liter beras. Namun, bekerja dengan otak bisa membuatmu menghasilkan banyak, bahkan memenuhi ratusan gudang padi.
4. Racun bisa diobati dengan racun, wanita bisa diobati dengan wanita. Kalau hatimu disakiti seorang perempuan, obati dengan perempuan lain. 😄
5. Dua batang kayu yang sama-sama runcing tidak akan bisa disatukan, salah satunya harus dibuat tumpul.
6. Orang yang gagal dalam hidup sering kali memberikan pelajaran lebih berharga daripada mereka yang sukses.
7. Saat memilih istri, lebih baik pilih yang pintar meskipun tidak seksi, daripada yang bodoh tapi seksi. Sebab, kecantikannya mungkin hanya bisa dinikmati selama 10 menit (dan itu pun tidak setiap hari), sedangkan kepintarannya akan terasa sepanjang hari.
Itu beberapa nasihat yang masih saya ingat, meskipun sudah sekitar 20 tahun berlalu.