Saya selalu ingat cerita ini.
Saya hampir mati, dibunuh sama makhluk halus.
Ini adalah kisah yang terjadi pada hari setelah pulang sekolah dari sekolah menengah pertama. Saya biasanya jarang tidur siang, tetapi tiba-tiba saya sangat ngantuk sehingga saya tidak bisa tidur dengan bantal.
Saya tidur dengan kepala menghadap pintu kamar karena bantal saya diposisikan berlawanan.
Kondisi saat itu masih sore mungkin sekitar jam 14.30 saya tertidur, tiba tiba saya mimpi aneh dari mulai wajah orang tua saya yg berubah jadi menyeramkan sampai ada suster ngesot yg terlihat di ruang tengah rumah saya. Setelah mimpi itu badan saya kaku, saya terkena sleep paralysis.
Tapi otak saya sepenuhnya sadar, mata saya bisa terbuka walaupun sedikit. Saat sleep paralys saya melihat sosok yg menyeramkan saya bingung mau menyebut itu sejenis kuntianak atau bukan.
Sosoknya hitam berambut panjang gimbal, matanya merah menyala. Saya pejamkan mata saya langsung dan baca doa sambil istigfar. Tapi saya merasa sosok itu semakin mendekat dan bagian dada saya seperti tertindih sesuatu yg besar dan berat, tiba tiba saya tidak bisa bernafas saya merasa ada jari jari panjang yg melingkari leher saya, sakit sekali mungkin jika sekali tekan saja saya merasa akan mati saat itu juga.
Saking tidak bisa nafas mata saya terbelalak dan betapa terkejutnya saya melihat sosok itu sudah di depan muka saya, mukanya hitam saking hitamnya saya hanya bisa melihat matanya yg merah dan senyumnya yg lebar sampai sudut bibirnya menyentuh rambutnya yg gimbal.
Tentu setelahnya saya berdoaa, saya tidak mau mati pikiran negatif langsung terlintas di benak saya saat itu, apakah saya di santet.
Ayat kursi dan ayat pendek saya lantunkan dalam hati dengan cepat, saya gerakan kedua jempol tangan dengan sekuat tenaga dan ahirnya berhasil, berangsur cekikannya melemah dan badan saya jadi ringan.
Alhamdulillah saat itu saya langsung bangun, dengan mata yang terbuka lebar dan keringat dingin, Saya terbangun sekitar jam setengah 4 sore.
Tapi bekas cekikannya masih membuat saya sesak nafas, saya lihat cermin dan betapa shock nya saat saya lihat ada bekas merah 3 jari melintang di leher saya.
Setelah itu saya bercerita ke mamah saya dan besoknya kamar itu di bersihkan dengan cara di doakan di setiap sudut kamarnya.
Selama 1,5 tahun, ruang mushola di rumah saya digunakan sebagai kamar tidur karena saya tidak mau tidur di kamar itu.
Selain itu, saya sangat terkejut bahwa hal seperti itu bisa terjadi pada saya.