Perempuan kecil ini.
Pada bulan November 2018, selama lebih dari 2 minggu, saya bekerja di Kuta, Mandalika, Lombok Tengah.
Malam itu adalah malam terakhir sebelum saya kembali ke Jawa. Saya sempatkan diri untuk berkeliling desa dan kemudian singgah di sebuah warung makan.
Makanan yang saya pesan pun tiba. Setelah beberapa suapan, tiba-tiba ada seorang gadis kecil yang mendekati dua turis asing yang sedang bercinta tepat di belakang saya.
Gadis kecil itu adalah seorang penjual gelang. Di hari ketika matahari telah terbenam, dia masih berkeliling mencari matahari untuk hidupnya.
Dari sini, kamu pasti sudah bisa menebak bagaimana dia menawarkan gelang-gelang itu.
Yap, gadis kecil berusia sekitar 12 tahun itu, menjual gelang-gelangnya dengan menggunakan bahasa Inggris.
Yang lebih menarik, dia tidak hanya menawarkan dagangannya dengan kata-kata sederhana seperti “Mau beli yang ini?” dan pergi begitu saja. Dia menjual gelang-gelang itu dengan mengajak turis-turis tersebut bermain permainan.
Perjanjiannya adalah, jika turis itu kalah, maka mereka harus membeli gelangnya. Cerdik, bukan?
Saya kemudian dikagetkan dengan sebuah pertanyaan besar dari kejadian itu…
…”Bagaimana bisa anak seusia itu bisa mendapatkan kemampuan bahasa Inggris yang baik dibanding dengan beberapa orang yang memiliki keinginan yang sama?”
Saya kemudian menggali informasi kepada penduduk setempat dan mendapatkan sebuah jawaban.
Mereka belajar di jalanan.
Ada mereka yang belajar dari warga yang menjadi pemandu wisata, ada juga mereka yang langsung belajar dari turis asing (tidak sulit menemukan turis asing berbicara bahasa Sasak di sana.)
Mereka tidak menunggu untuk memiliki kamus.
Mereka tidak menunggu untuk mengikuti kursus.
Tetapi, mereka memanfaatkan apa yang ada.
Mereka memaksimalkan apa yang mereka miliki.
Hal itu lah yang membuat saya bercermin kepada diri sendiri, di mana saya selalu memiliki 1001 alasan untuk melakukan hal baik, tetapi tidak pernah memiliki alasan untuk melakukan hal buruk.
Dan itu semua terjadi kepada kita.
Kita menunggu A untuk melakukan B.
Kita beralasan C untuk memulai D.
Kita lupa bahwa kita bisa memulai dengan apa yang kita miliki.
Kita lupa bahwa hal yang besar selalu di mulai dari yang kecil.
Malam itu saya belajar, bahwa ada perbedaan antara dia dan kita, penunda yang selalu menunggu waktu sempurna untuk datang…
Mereka berangkat dari sebuah tujuan, sedangkan kebanyakan dari kita berangkat dari fasilitas!
Pahami tujuanmu, jangan beralasan dan kerjakan itu sekarang!
If tomorrow never comes, make sure you are satisfied with the way today ended.
— Steve Gilliland