Mengapa perlu dirayakan? Apa yang seharusnya dirayakan? Apakah kebangkitan kerajaan neo-Majapahit?
—
Apa yang Anda ketahui tentang konsep penjajahan? Sesungguhnya, istilah penjajahan sering kali digunakan oleh mereka yang merasa tertekan dan tidak puas dengan kondisi kemiskinan atau kelemahan mereka di bawah kekuasaan orang lain. Istilah ini bersifat subjektif.
Tidak ada istilah penjajahan yang objektif; bagi penguasa, ini lebih merupakan persatuan. Penjajahan Belanda dan Jepang pada dasarnya tidak berbeda dari masa Orde Baru di Indonesia. Rakyat biasa hidup dengan patuh, sementara para pemberontak dianiaya, orang kaya menikmati kekayaannya, dan pejabat pemerintahan juga mendapat keuntungan. Mereka yang berkuasa pada masa itu mungkin tidak akan menganggap apa yang terjadi sebagai penjajahan.
Jadi, siapa yang menyebut mereka sebagai penjajah? Umumnya, itu adalah aktivis, pemberontak, dan kaum sosialis-komunis yang meski pro-rakyat, saat mereka berkuasa, tidak berbeda jauh dari penguasa yang mereka kritik, bahkan sering kali lebih buruk.
Oleh karena itu, setiap 17 Agustus, saya merasa duka—duka atas kekalahan Jepang dalam perang, duka atas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, dan duka karena eksistensi Neo-Majapahit yang mungkin menjajah kembali tanah ini.
Penjajahan hanya propaganda. Bukti apa yang ada? Ingatlah klaim bahwa kita dijajah selama 350 tahun—kenapa harus 350 tahun? Itu hanyalah propaganda, karena banyak dari kita terjebak dalam kebodohan, kemiskinan, dan kecenderungan untuk menjadi pemberontak, sering kali tanpa introspeksi diri, lebih suka menyalahkan orang lain.
Lihatlah bagaimana anak kecil yang kesandung meja malah menyalahkan mejanya. Karena kita tidak diajarkan untuk mengakui kesalahan sendiri.
Mengenai kerja rodi Belanda yang dianggap kejam, sebenarnya Belanda sebagai majikan cukup adil. Mereka membayar para pekerja Jawa dengan upah yang memadai. Penjajah sebenarnya adalah para gubernur Jawa yang serakah. Inilah siapa yang sebenarnya disebut penjajah.
Catatan Kaki
[1] Indonesia Dijajah 350 Tahun oleh Belanda, Masa sih?
[2] Daendels Bayar Upah Pekerja Jalan Anyer-Panarukan tapi Dikorupsi, Benarkah?