Beauty is not about how you look but about how you feel.
Maka gendut, kurus, ramping siapapun tetap bisa merasa cantik. Namun, saya termasuk orang yang tidak nyaman ketika berat badan bertambah. Tubuh terasa sakit, berat, dan lesu. Selain itu, baju juga tidak nyaman dipakai, sungguh pemborosan harus membeli baju baru.
Kemarin, sebulan pertama setelah menikah, setiap kali bertemu orang, reaksi mereka saat melihat saya adalah, “Mbak kok makin segar, Mbak sudah gemuk ya?” Anda bisa menebak reaksi saya! Saya sangat takut! Tidak heran baju saya terasa sesak, naik tangga pun terasa seperti membawa beban berat. Ketika melihat timbangan, berat badan saya mencapai 52 kg, berat badan tertinggi yang pernah saya alami. Saya panik. Saya pun mencoba untuk diet.
Stereotip diet adalah mengurangi makan. Ternyata itu salah! Setelah beberapa minggu mengurangi makan, tubuh saya malah terasa lemas dan ngantuk. Akhirnya, saya mencoba seimbangkan dengan olahraga. Saya mendownload aplikasi untuk menurunkan berat badan selama 30 hari. Saya melakukan lebih dari yang diinstruksikan. Saya bisa mengulang satu paket gerakan senam 2-3 kali sehari. Saya bahkan menggunakan waktu istirahat untuk berolahraga. Namun, hasilnya, pantat saya sakit! Seluruh tubuh saya terasa pegal! Itu belum seberapa menyakitkan. Yang paling menyakitkan adalah ketika saya melihat timbangan dan berat badan saya mencapai 53 kg! Bagaimana bisa mengurangi makan dan berolahraga malah membuat badan saya gemuk?
Ada banyak cara untuk mengurangi berat badan, baik melalui teori dan saran dari ahli gizi maupun pelatih kebugaran. Namun, seringkali nasihat-nasihat tersebut bertentangan dengan seberapa kuat kita menghindari pantangan dan menjalani pola hidup yang sehat. Saya pernah mendengar tentang diet Keto dan puasa tengah hari sebagai salah satu cara untuk mengurangi berat badan. Saya mencoba pola makan dengan jendela waktu antara jam 12 siang hingga jam 8 malam. Namun, pada awalnya saya merasakan pusing dan lemas. Namun akhirnya, saya menemukan cara diet yang terbaik untuk tubuh saya.
Selain itu, saya juga pernah membaca bahwa minum air lemon hangat tanpa gula dapat membantu menyembuhkan kanker. Lemon yang mengandung asam tidak akan menyebabkan masalah lambung jika dikonsumsi saat perut kosong. Menurut penelitian, waktu terbaik untuk mengonsumsi buah adalah saat perut kosong. Saya mencoba menerapkan kedua teori tersebut. Setiap pagi setelah bangun tidur, sebelum mencuci mulut, saya minum air lemon hangat. Enzim dalam mulut yang terkumpul selama tidur harus tertelan karena memiliki manfaat tertentu. Ternyata, minum air lemon hangat membuat perut terasa kenyang dan saya tidak cepat lapar. Setelah air lemon habis, saya menuangkan air lagi tanpa menambah irisan lemon. Satu lemon bisa digunakan selama 5-7 hari dengan irisan lemon setebal 1/2 cm. Kemudian, pada jam 10 pagi, saya makan satu buah, seperti apel, pear, pisang, atau jeruk. Meskipun jeruk memiliki rasa asam, namun saat dimakan saat perut kosong tidak menyebabkan masalah lambung. Saya baru makan makanan yang lebih berat, seperti nasi, minimal jam 11.30 siang. Hal ini bukan karena saya ingin berpuasa setengah hari, tetapi karena perut saya sudah terasa kenyang.
Saya terus mengikuti pola di atas dan merasa sangat nyaman. Saya tidak merasa seperti sedang diet karena saya juga seimbangkan dengan olahraga. Saya menyesuaikan gerakan di aplikasi dengan kemampuan tubuh saya. Saya meninggalkan sit up karena membuat pantat saya sakit dan perut terasa kram. Sebagai gantinya, setiap hari saya melakukan berjinjit sebanyak 30 kali. Sambil berdiri, saya membuka kaki ke kanan dan ke kiri bergantian, mengangkat tangan, dan menggoyangkan pinggang seperti hula Hoop, semuanya dilakukan sebanyak 30 kali. Setelah itu, saya berlari di tempat. Awalnya, saya hanya mampu berlari selama 1 menit, namun sekarang saya bisa berlari di tempat selama 20 menit. Saya sebenarnya masih bisa menambah durasinya, tetapi saya tidak ingin berlebihan yang akan membuat badan saya sakit. Yang penting adalah konsistensi.
Saya sudah menjalani semua ini selama sekitar 3 bulan. Pada bulan kedua, untuk pertama kalinya timbangan menunjukkan angka 50. Alhamdulillah. Sekarang, saya sudah bisa menggunakan kembali seragam pertama saya yang dibuat 9 tahun lalu. Teman-teman mulai mengatakan bahwa saya terlihat lebih ramping. Saya senang mendengarnya, tetapi yang lebih penting adalah bahwa saya merasa nyaman dengan berat badan saya saat ini, tanpa peduli berapa angkanya. Yang terpenting adalah bahwa saya merasa nyaman dan lebih sehat daripada saat berat badan saya 53.
Kesimpulan dari pengalaman saya adalah tubuh perlu menyesuaikan dengan pola makan dan olahraga yang kita lakukan. Diet yang terlalu ketat di awal dapat membuat tubuh menjadi lemas dan kepala pusing. Intensitas olahraga juga perlu dilakukan secara bertahap. Penting untuk diingat bahwa penurunan berat badan membutuhkan waktu yang tidak hanya 1-4 minggu. Jangan khawatir jika berat badan belum turun, tetaplah melakukan rutinitas yang sehat.
Penting untuk dicatat bahwa pengalaman saya bukanlah untuk membentuk tubuh, tetapi untuk menurunkan berat badan sesuai dengan cara yang saya lakukan. Saya yakin Anda akan menemukan pola yang sesuai dengan Anda sendiri. Alhamdulillah, dengan kombinasi berbagai hal, saya tidak perlu pergi ke gym. Namun, tantangan terbesar adalah mempertahankan pencapaian berat badan saat ini. Makanan yang lezat selalu menjadi godaan terbesar bagi kita.