Papa saya memiliki pasangan.
Pada tahun 2014, saya baru mengetahuinya, tujuh hari setelah bapak meninggal, karena dia sangat cermat menutupi perselingkuhannya.
Tidakkah benar bahwa seberapa pandai mereka menutupi bangkai, pasti akan tercium juga?
Ini adalah awalnya.
Saya mulai dengan menjelaskan karakter ayah saya.
Papa saya sangat disiplin, otoriter, keras, berwibawa, lurus, dan sangat mengutamakan kejujuran. Dia sangat menakutkan anak istri di rumah, seperti Hitler.
Dia harus mematuhi semua peraturan. Peraturan yang tidak masuk akal, seperti menggunakan piring beling saat makan, solat, tidur jam 9 malam, semuanya harus dipatuhi. Beliau akan berteriak jika tidak diikuti.
Di tahun 2010-2011, saat saya masih di bangku kelas 8, papa saya tinggal di rumah, itu semakin keras. Problem kecil seperti remote tv hilang jadi perkara besar, bagaikan saya mencuri uang, padahal hanya remote tv hilang.
Dan puncaknya saat di hp saya ada sms masuk dari cowok (pacarnya temanku). Saat itu saya sedang tidak pegang hp, hp nya di ruang tamu.
Dan ternyata cowok ini telepon karena sms nya tidak saya respon. Dan papa melihat nama cowok ada di layar hp. Papa ngamuk karena gak boleh ada satupun cowok yang boleh berkomunikasi denganku. Hp langsung dibanting dan dihancurkan, menggunakan palu. SIM card di patahin. Memory card di patahin, tidak ada yang tersisa. Saya yang saat itu masih kelas 8 hanya bisa menangis di pojok ruangan. Saya sampai trauma dengan kejadian itu.
Saya dihukum tidak boleh menggunakan hp selama 3 bulan. Jadi kalau berkomunikasi dengan teman soal tugas sekolah hanya bisa diam-diam lewat fb di warnet.
Saya pernah dibentak oleh papa karena memencet ponselnya, meskipun saya hanya ingin melihat jamnya. Papa kemudian marah dan menganggap saya lancang karena membuka ponsel orang tua.
Setelah kejadian itu, pada Januari 2014, ketika papa sakit, saya masih di kelas 11.
Dokter mengatakan bahwa papa menderita hipertensi dan 22 ginjalnya rusak, masing-masing hanya tinggal 17%. Dokter mengatakan bahwa tensi darah yang tinggi dan gaya hidup yang jarang minum air putih (papa lebih suka minum teh hijau) adalah penyebab kerusakan ginjalnya.
Papa mengalami kondisi kritis dan dimasukkan ke ICU, sebelum akhirnya meninggal pada 7 Mei 2014.
Saya sempat menyalahkan Tuhan kenapa ini terjadi pada papa? Kenapa papa harus dipanggil secepat ini? Dll, yang intinya saya minta penjelasan kepada Tuhan mengapa ini terjadi kepada saya? Saya sangat down dan sedih saat itu.
Setelah papa meninggal, semua barang-barang papa kita sortir, yang masih bisa kita pakai, kita pakai. Disini awal mula saya mengetahuinya.
Mama saya minta tolong saya buat mengecek isi flashdisk papa. Dan saya nurut-nurut aja buat mengecek flashdisk tersebut. Dan betapa terkejutnya saya, ada video berdurasi 5 menit isinya photo-photo wanita lain di pelabuhan yang di collaps dengan backsound westlife -my love.
Disitu saya ngefreeze beberapa saat. Saya masih tidak percaya papa saya, yang sangat mengkedepankan kejujuran, yang sangat berwibawa, yang pulang kerja selalu tepat waktu, yang weekend selalu dirumah, tidak mungkin berselingkuh batin saya berteriak. Mama saya seolah bisa mendengar perasaan saya kemudian berkata:”mama udah feeling dari lama tapi mama gak bisa buktiin ini sendiri”
Saya masih tidak terima kenyataan. Saya bentak mama saya:”sudahlah orang sudah meninggal ma, stop! Gak mungkin papa begitu!”.”ayok kalau kamu masih gak percaya, mama nemuin struk booking hotel ini di lemari papa, ayok kita buktiin kita ke hotel ×××”
Kita akhirnya pergi ke hotel xxx besoknya. Kita dapat membuktikan bahwa papa benar-benar memesan hotel itu dengan “istrinya” pada tahun 2011. Kami membawa KTPnya.
Sebagai anak, perasaan saya langsung hancur di sana. Bayangkan seorang papa yang, menurut saya, sangat mengutamakan kebenaran, bahkan tega mencambuk anaknya jika dia berbohong jika dia berbohong. Namun, dia sebenarnya berselingkuh.
Saat itu juga, saya mulai membenci papa saya. Saya sangat kesal ketika saya meminta HP BB tetapi tidak diberikan karena uang ortu terbatas. Saya juga dipukulin. Papa sebenarnya dapat memberikan uang kepada wanita lain secara gratis.
Sakit sekali perasaan saya, hancur sehancur-hancurnya. Campur aduk perasaan saya saat itu. Antara masih berduka dengan kecewa yang sangat mendalam.
Berduka karena bagaimana pun juga dia papa saya, sebenci-bencinya saya dengan dia, darah dia mengalir di diri saya. Dan kecewa karena perilaku papa yang masih tidak bisa saya terima, saking shocknya.
Dan ini sangat berefek ke diri saya. Sejak itu saya tumbuh menjadi orang yang sangat skeptis ke orang lain, ke cowok terutama. Saya jadi tidak percaya pada kesetiaan, kejujuran, dan saya selalu berfikir tidak ada orang yang murni tulus di dunia ini, pasti setulus-tulusnya pasti mengharapkan imbalan.
Ketulusan hanya mitos.
Kesetiaan hanya bualan belaka yang bakal terjawab juga oleh waktu.
Setelah bertahun-tahun berusaha berdamai dengan hal ini, saya masih berusaha memaafkan papa saya hingga sekarang, meskipun secara pribadi saya masih sulit mendoakan almarhum.
Setiap orang yang mendoakan almarhum, saya terus menyalahkannya atas tindakan tegasnya terhadap istri dan anak-anaknya.
Teori-teori yang ditemukan di internet tidak serealistis karena fakta bahwa menerima dan memaafkan kesalahan orang tua sangat sulit.