Aku takut merusak diri sendiri.
—Sekilas cerita tentang mantan terakhir—
Mantanku adalah sosok yang hampir sempurna, baik dari segi akademis, sosial, maupun organisasi. Walaupun penampilannya tidak terlalu mencolok, dia tetap manis dan terawat. Dia adalah salah satu lulusan terbaik di jurusannya, berperan penting dalam himpunan mahasiswa sebagai kepala divisi, ketua berbagai acara besar, dan penerima beasiswa. Kehidupan sosialnya juga sangat baik, dengan banyak teman dan sering berkumpul dengan mereka meskipun sibuk dengan akademis dan organisasi. Dia benar-benar bijak sesuai namanya.
Selama pacaran, aku sering merasa inferior di hadapannya. Aku merasa tidak pantas untuknya karena aku tidak se-sosial dia dan akademikku standar. Perasaan inferior ini membuatku jadi overprotective. Akhirnya, hubungan kami berakhir karena dia merasa tidak nyaman dengan sikapku.
Sekarang, dia telah menemukan pasangan baru yang sebanding dengannya, sementara aku masih single dan terus berusaha memperbaiki diri. Meskipun self-esteemku masih cenderung rendah, aku merasa sudah ada kemajuan. Aku tidak ingin lagi merasa insecure terhadap pasangan dan tanpa sadar menciptakan hubungan yang toksik.