Karena kegiatan matematika saya biasanya hanya membahas soal dan solusi, saya tampaknya tidak pantas disebut sebagai guru matematika. Namun, izinkan saya untuk menjawab pertanyaan ini.
Guru matematika harus berani mengakui kesalahannya dan mengoreksinya jika dia diberitahu tentang kesalahannya oleh orang tua muridnya—atau oleh orang lain—walaupun orang tua muridnya memiliki gelar doktor honoris causa di bidang matematika. : )
Mungkin juga orang tua memberikan saran mengenai cara mengajar dan itu sah-sah saja, sekalipun yang memberi saran tidak begitu pandai matematika. Memang ada banyak pendekatan yang bisa digunakan dalam mengajar matematika, dan setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Walaupun demikian, saya percaya bahwa guru punya kapabilitas untuk memilih pendekatan yang tepat dan mampu mengajar dengan pendekatan yang memang sesuai dengan muridnya. Ini beda loh ya dengan disetir oleh orang tua murid. Kalau disetir, berarti manut saja sama orang tua murid, tanpa dipikirkan bagaimana dampaknya untuk murid.
Jujur yang membuat saya terpancing menjawab pertanyaan ini adalah “gelar profesor doktor honoris causa di bidang matematika”. Saya tadinya ragu gelar doktor honoris causa di bidang matematika itu ada. Namun, setelah pencarian sekilas di Google, ternyata gelar ini memang ada! Saya terkedjoed. Contohnya, bisa lihat di sini.
[1]
Lantas, apakah pemegang gelar doktor honoris causa matematika ini tidak memiliki kapabilitas di dunia riset bidang matematika? Karena, kan, seperti yang kita tahu, beberapa pemegang gelar doktor honoris causa dari Indonesia mendapat gelarnya bukan karena riset, tapi karena poli— maaf, maksud saya kontribusi nyata mereka. Namun, saya salah rupanya. Banyak kok pemegang gelar doktor honoris causa di Indonesia memang kapabel melakukan riset di bidangnya. Contohnya seperti beberapa nama yang bisa dilihat di daftar ini.
[2]
Begitu pula juga orang-orang yang memiliki gelar honoris causa di bidang matematika. Orang-orang yang ada di tautan pertama yang saya berikan, misalnya, juga memiliki kapabilitas yang tidak main-main di bidang matematika.
Jadi, kalau sampai ada guru matematika yang dikoreksi secara matematis oleh pemegang gelar doktor honoris causa, menurut saya, pendapat mereka ini layak didengar dan dipertimbangkan oleh sang guru. Menurut saya, cukup mungkin bahwa sang guru salah. 🙂 Tapi, yaa, ya sudah begitu saja, tidak kenapa-napa… Guru, murid, orang tua, matematikawan, atau siapapun memang bisa membuat kesalahan. Mengakui kesalahan tidak membuat kita menjadi tidak berwibawa. Yang memalukan adalah jika kita mati-matian mempertahankan pendapat kita sekalipun kita tahu itu salah. 🙂
Catatan Kaki
Doctor of Mathematics Honorary Degree Recipients | Mathematics
[2]