Hanya ingin berbagi dan semoga bisa menjadi pembelajaran bagi pembaca lainnya. Aku terlibat perselingkuhan ini bisa dibilang tidak dengan sengaja pada awalnya, tapi karena keadaan. “Tentu saja tidak ada kata khilaf dan waras dalam perselingkuhan, serta sadar sepenuhnya,” memang begitu, tapi dalam kasusku semuanya terjadi secara kebetulan yang disertai dengan rasa kecewa terhadap pernikahan yang masih baru ini.
Aku menikah dengan suami di mana hubungan kami sudah berjalan sejak tahun 2013, tapi tidak selalu lancar. Namun, akhirnya kami memutuskan untuk menikah pada tahun 2021-2022. Pada tahun itu, aku diuji terutama karena aku masih harus menjadi generasi sandwich, suami tidak mendukung secara finansial dan kurang memberikan perhatian. Pada hari kedua setelah menikah, suamiku mendapatkan gaji tapi dia tidak memberikan nafkah kepadaku :’) bahkan sampai bulan kedua. Kami menikah pada bulan November, dan pada akhir November dan Desember dia masih tidak memberikan nafkah kepadaku. Untungnya, kami tidak memiliki hutang dalam pernikahan kami. Aku masih bersabar karena mungkin ini adalah proses adaptasi, dan aku membiarkannya dulu. Kami tinggal bersama mertua karena suamiku adalah anak bungsu.
Selama 2 bulan itu, aku mengurus semua kebutuhan seperti belanja untuk orang tua kami, dan sebagainya, sampai aku tidak bisa melunasi kuliah hehe :’) Semakin lama, aku semakin berat memenuhi kebutuhan dan ternyata pada awal Januari 2022, semuanya terbuka secara perlahan. Suamiku ketahuan memiliki hutang gadai BPKB, hutang teman di kantor, dan ada pinjaman online :’) Sungguh kaget sekali, ya Allah, karena saat menikah, yang mengeluarkan uang adalah mertua, aku dan ibuku sama sekali tidak diperlakukan adil. Bahkan ibuku didatangi oleh temannya yang menagih hutang, kasihan sekali ibuku, seumur hidup kami sekeluarga tidak pernah berhutang apalagi sampai ditagih oleh orang lain. Masalahnya lagi, saat kami bertengkar, suamiku ketahuan ada obrolan di aplikasi ijo :’) Untungnya tidak sampai ke tahap selingkuh. Hati ini hancur, saat itu aku ingin bercerai, tapi aku berpikir kami baru beberapa bulan menikah, tidak mungkin bercerai :’) Saat menikah, suamiku bukanlah orang yang aku kenal, bagaimana dia bisa melakukan semua ini. Padahal, saat pacaran, tidak ada masalah seberat ini..
Mas H, dia adalah orang yang dulunya dekat juga. Dia datang dengan kebetulan sebulan sebelum aku menikah, dia datang ke kantorku tepat setelah kami kehilangan kontak selama lima tahun. Tanpa sengaja, tanpa dia juga tahu aku ada di kantor itu. Sekarang dia sudah menikah ternyata menikah di bulan Mei, dia duluan. Singkatnya, kami saling nyaman kembali waktu itu. Dia bukan hanya pendengar yang baik, tapi juga membantu memberikan uang padaku meskipun tidak banyak, tapi lebih dari cukup saat itu :’) Siapa yang tidak tergoda, siapa yang tidak nyaman ketika suami terus berulah dan kamu harus berjuang sendirian. Bahkan ketika aku pindah kantor, dia juga menemani survei pindahan :’) Semakin kacau, semakin cinta dan dia juga sama.
Kami tidak berkomunikasi secara intens memang, tapi saling memperhatikan di media sosial satu sama lain. Terlihat banget kalau aku membuat story, dia yang pertama kali melihat dan memberikan respons di Instagram. Aku juga kadang merindukan dan marah jika lama tidak intens, apa ini puber kedua?? Tapi kan aku masih 24 tahun.
Beberapa bulan ini, aku mulai menyadari bahwa hubungan ini tidak baik dan aku perlahan-lahan mengakhirinya. Aku takut hubungan ini akan menjadi bumerang bagiku dan juga kasihan pada istrinya. Namun, dia tetap keras kepala mencoba menghubungi aku melalui pesan singkat, telepon, dan bahkan datang ke kantorku. Ketika kami berkencan, kami hanya melakukan hal-hal yang wajar seperti makan bersama, berpegangan tangan, dan saling berpelukan. Aku berusaha menjaga diriku agar tidak terbawa emosi, karena kami sudah saling menikah dan berhubungan seks bisa saja terjadi. Aku sudah memberikan pengertian dan sekarang kami tidak lagi berkomunikasi, tapi dia masih menjadi penonton setia. Haha.
Intinya… Sebelum menikah, penting untuk memahami seperti apa pasanganmu. Lama pacaran tidak menjamin dan tidak perlu takut jika hubungan berakhir. Cari tahu bagaimana cara dia mengungkapkan kemarahannya terutama dalam komunikasi. Jangan sampai menggagalkan pernikahan jika sudah ada tanda bahaya, lebih baik menangis sebulan atau dua bulan daripada menangis setiap malam seumur hidupmu.
Karena menikah sejatinya bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang komunikasi dan kejujuran yang terbuka. 1.5 tahun menikah adalah ujian yang sangat berat bagiku, terutama diuji dalam hal suami, ekonomi, dan keturunan. Setiap pulang kerja, aku sengaja pulang larut malam sambil menangis di jalan. Menikahlah pada saat yang tepat dengan orang yang tepat. Jika kamu sedang kuliah, lanjutkan terlebih dahulu untuk mencapai karirmu.