Penyebab Sindrom Tourette dapat disebabkan oleh kelainan genetik, kelainan pada zat kimia otak (neurotransmitter), serta gangguan struktur atau fungsi basal ganglia, yaitu bagian otak yang mengontrol gerakan tubuh. Selain itu, faktor-faktor seperti stres yang dialami ibu selama masa kehamilan, proses persalinan yang berlangsung lama, atau bayi lahir dengan berat badan rendah juga dapat menjadi pemicu terjadinya sindrom ini pada anak usia 5 hingga 15 tahun. Jika Anda tidak mampu membayar biaya terapi, ada alternatif lain yang dapat dilakukan.
Berikut ini ada beberapa cara untuk mengatasi sindrom Tourette yang dapat kamu lakukan:
1. Menggunakan obat-obatan antipsikotik
Obat antipsikotik dapat membantu mengurangi gejala psikosis. Pada orang dengan gangguan ini, kadar dopamine di otaknya berlebihan sehingga menyebabkan gangguan berpikir. Gangguan berpikir ini kemudian memunculkan tics, baik secara verbal maupun motorik. Obat antipsikotik seperti haloperidol, fluphenazine, risperidone, dan pimozide dapat dikonsumsi sesuai dengan anjuran dokter. Tujuannya adalah untuk mengurangi kadar dopamine di otak dan mengurangi tics yang terjadi.
2. Menggunakan botoks
Selain digunakan untuk menghilangkan kerutan wajah, botoks juga dapat digunakan sebagai pereda gerakan otot. Orang dengan sindrom ini dapat melakukan suntik botoks sesuai dengan kebutuhan agar gerakan tubuh yang menyebabkan tics dapat melemah. Efektivitas pengobatan dengan menggunakan botoks masih bervariasi untuk setiap orang dan masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode ini.
3. Menggunakan obat anti-stimulan
Beberapa orang dengan sindrom Tourette juga mengalami ADHD. ADHD adalah gangguan mental di mana penderitanya mengalami kesulitan dalam fokus dan cenderung bersikap impulsif. Jenis obat yang dapat digunakan untuk mengatasi ADHD dan kondisi ini adalah obat anti-stimulan.
4. Menggunakan antidepresan
Antidepresan berfungsi sebagai pengatur suasana hati. Jika kadar zat kimia di otak terlalu tinggi atau terlalu rendah, antidepresan dapat membantu mengatur keseimbangan tersebut. Oleh karena itu, antidepresan juga dapat membantu mengatasi sindrom Tourette. Beberapa jenis antidepresan yang dapat dikonsumsi dengan saran dokter adalah fluoxetine, paroxetine, dan sertraline.
5. Obat-obatan anti kejang memiliki fungsi yang mirip dengan botoks, yaitu untuk merelaksasi otot-otot tubuh dan mengurangi gerakan tiba-tiba. Salah satu obat yang sering direkomendasikan dokter adalah topiramate, yang dapat mengurangi jumlah dan intensitas tics.
6. Jika kamu khawatir dengan efek samping penggunaan obat, jangan khawatir. Ada juga terapi kognitif yang dapat membantu mengatasi sindrom ini. Terapi ini bertujuan untuk melatih pengidap agar dapat mengontrol gerakan mereka. Selama terapi kognitif, pengidap akan belajar teknik relaksasi, meditasi, dan hipnosis untuk melatih pikiran bawah sadar mereka.
7. Deep brain stimulation (DBS) adalah pilihan penanganan jika tics yang dirasakan sudah sangat parah dan metode lain tidak berhasil. Namun, terapi ini memiliki risiko seperti pendarahan, gangguan bicara, dan kehilangan sensasi pada beberapa bagian tubuh.
Pada DBS, dokter akan menanamkan implan elektroda di bagian otak tertentu pasien. Hal ini bertujuan untuk merangsang reaksi otak dan mengurangi tics yang dipicu oleh otak.
Semoga informasi ini bermanfaat dalam penanganan sindrom Tourette yang beragam.
Catatan tambahan: Tetap berikan kasih sayang yang tulus kepada anak meskipun mengalami sindrom Tourette. Pilih salah satu terapi di atas dan serahkan hasilnya kepada Tuhan.