Pertanyaan ini sering diajukan kepada saya, karena entah bagaimana caranya, saya selalu menjadi “guide” bagi teman-teman di Surabaya setiap kali mereka ingin membeli buku. Biasanya, kami ke toko buku dan sayalah yang memilihkan buku untuk mereka. Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menemukan judul yang tepat, dan mereka selalu puas serta bertanya, “Wah, bagaimana kamu tahu buku sebagus ini?”
Ada dua masalah utama: pertama, banyak orang yang memiliki minat baca tinggi, namun kurang kemampuan dalam memilih buku yang tepat. Akibatnya, mereka salah beli dan minat bacanya menurun. Kesalahan ini cukup mengganggu, terutama bagi yang memiliki anggaran terbatas. Ingat, tidak semua buku bagus dan cocok untuk dibaca. Kedua, tidak semua orang punya “guide” seperti saya saat memilih buku, terutama ketika dihadapkan dengan bazar besar yang menawarkan ribuan judul, yang justru membuat bingung dan akhirnya salah pilih.
Saya selalu senang membantu memilihkan buku, bahkan jika dilakukan secara online seperti lewat WhatsApp. Melalui tulisan ini, saya akan memberikan panduan detail agar kalian dapat memilih buku dengan tepat: kriteria apa saja yang menentukan apakah sebuah buku itu bagus atau tidak. Saya berharap panduan ini dapat membantu kalian menemukan buku yang tepat di rak, sehingga puas dengan apa yang kalian beli.
Tulisan ini cukup panjang dan berisi banyak gambar karena saya ingin menjelaskan dengan sedetail mungkin. Jika belum sempat membaca seluruhnya, simpan dulu untuk dilanjutkan nanti. Semua foto yang disertakan adalah dokumentasi pribadi.
Baik, cukup untuk pengantarnya. Sekarang, kita masuk ke pembahasan.
Secara umum, ada tiga aspek utama yang saya pertimbangkan ketika memutuskan bahwa sebuah buku itu bagus:
- Penulis
- Penerbit
- Informasi di dalamnya
Kita sebut saja ini sebagai tiga aspek primer. Selain itu, ada beberapa aspek sekunder, yaitu:
- Layout (cover)
- Tokoh yang memberi pengantar atau proof reading
- Originalitas (apakah buku tersebut terjemahan atau karya asli)
- Pendapat dari pembaca lain (bookish)
- Status best seller
Perhatikan bahwa status best seller saya tempatkan terakhir, dan layout cover di awal aspek sekunder. Agar lebih jelas, saya akan jelaskan lebih detail mulai dari tiga aspek primer.
Penulis
Ini adalah aspek paling penting dan sangat menentukan. Baik buku fiksi maupun non-fiksi, penting untuk melihat siapa penulisnya. Fokus utama adalah latar belakang keilmuan penulis, karena hal ini sangat mempengaruhi kualitas buku yang dihasilkan.
Saya berikan beberapa contoh:
Buku ini memenuhi semua kriteria aspek primer maupun sekunder.
[1]
Paling terlihat mencolok, lihat cover bukunya yang sangat-sangat cantik. Karena kita sedang membahas aspek penulis, buku tersebut ditulis oleh:
Kupikir sudah tidak perlu ragu terhadap kualitas buku dari dua profesor ini.
[3]
Masalahnya, biasanya biodata penulis terletak di dalam buku (biasanya di halaman terakhir) dan tidak mungkin membacanya jika buku dalam kondisi tersegel.
Solusinya, mudah saja. Gunakan Google. Cari dengan kata kunci nama penulis dan lihat latar belakang pendidikan dan karya-karyanya yang telah diterbitkan. Contoh:
Buku kiri merupakan karya dari Prof. KH. Abdul Kadir Riyadi, Ph.D yang merupakan Guru Besar Ilmu Tasawuf.
[4]
Bisa dicari di Google Scholar karya-karya tulis beliau seputar tasawuf, dan itu cukup membuat kita sangat yakin bahwa buku ini memang ditulis oleh ahlinya. Sedangkan yang kanan ditulis oleh KH. Hussein Muhammad, intelektual yang juga telah banyak menulis buku keislaman.
[5]
Beliau berdua memiliki banyak persamaan: alumni pesantren (Gontor dan Lirboyo), sama-sama menempuh pendidikan di Al-Azhar Mesir, juga memiliki banyak karya buku yang bisa dicari di Google. Intelektual semacam ini sangat mudah ditelusuri. Lebih-lebih, dua buku tersebut diterbitkan oleh penerbit mayor (aspek primer kedua).
Contoh lain adalah nama Natalie Angier yang tidak asing di kalangan pembaca sains.
Meraih Pulitzer Prize sudah cukup memberikan keyakinan pada siapapun atas kualitasnya. Buku ini sudah saya ulas secara singkat:
Contoh lainnya:
Buku ini merupakan karya penelitian yang serius dilakukan oleh Agus Sunyoto, dan buku ini sendiri mendapat penghargaan sebagai buku terbaik kategori non-fiksi pada Islamic Book Fair 2014.
Latar belakang sebagai sejarawan dan juga sudah menulis banyak judul besar, cukup membuat kita yakin kualitas buku ini sangat bagus. Ada lagi:
Buku yang sangat mencolok dengan warna dan judulnya, tapi siapapun akan langsung segera membawanya pulang sebab buku ini ditulis oleh dua expert yang luar biasa:
Ini kasus yang cukup jarang yang menampilkan biodata singkat penulis di luar buku (cover belakang). Keduanya sudah sangat meyakinkan dengan latar belakang pendidikannya.
[8]
Contoh lagi agar lebih oke:
Matt Kaplan sudah sangat-sangat meyakinkan mengapa bukunya harus segera dibawa pulang.
Penulis
Aspek penulis juga menjadi pertimbangan utama dalam memilih buku fiksi. Contohnya, Geraldine Brooks dan Chris Columbus adalah nama-nama yang sudah dikenal di kalangan pembaca novel internasional. Karya-karya Geraldine Brooks memukau, baik dari segi bahasa maupun tema yang diangkat.[10] Sementara itu, Chris Columbus, yang juga dikenal sebagai sutradara dan penulis naskah, menghadirkan gaya penulisan yang seru dan menarik dalam novelnya.[11]
Bagi pembaca yang berpengalaman, mengenali nama-nama besar penulis dan memutuskan untuk membeli buku mereka cukup mudah. Ini mirip dengan saat kita ingin belajar tentang ilmu Al-Qur’an dan keislaman, nama seperti Abubakar Aceh dan Quraish Shihab pasti muncul. Di bidang ilmu komunikasi, Jalaluddin Rakhmat sering menjadi rujukan. Bagi pelajar yang mendalami Bahasa Inggris, nama-nama seperti Betty Schrampfer Azar dan John M Echols sudah tidak asing. Dalam sastra, Emha Ainun Nadjib, Gus Mus, dan Kahlil Gibran menonjol, sedangkan Nurcholish Madjid dan Mahbub Djunaidi dikenal dalam pemikiran Islam-Keindonesiaan. Susan Cain dikenal dengan buku-buku tentang introversi, dan Rhenald Kasali sering dibaca untuk tema disrupsi dan pengembangan diri.
Salah satu karya Susan Cain pernah saya bahas secara singkat:
Jawaban Luffy D. Amrullah atas pertanyaan tentang buku berbahasa Inggris yang ringan dan mudah dipahami.
Semakin sering membaca, semakin akrab kita dengan nama-nama penulis berkualitas. Hal ini juga berlaku untuk novel; kita tahu kualitas karya dari penulis seperti Dee atau Leila. Jika kamu masih baru dalam memilih bacaan, mulailah dengan mengenali siapa penulisnya.
Penerbit
Aspek kedua ini sering menjadi perdebatan, karena penerbit kecil atau kurang populer tidak selalu berarti bukunya jelek, begitu pula sebaliknya. Namun, kunci penting dari alasan mengapa penerbit menjadi pertimbangan adalah:
Penerbit yang baik tidak sembarangan menerima naskah dan menerbitkan buku.
Ada perbedaan penting antara buku fiksi dan non-fiksi. Untuk non-fiksi (buku ilmiah), penerbit umumnya sangat selektif. Penerbit besar biasanya memiliki reputasi yang dipertahankan dengan ketat, termasuk dalam proses penerimaan naskah hingga penerbitan dan distribusi buku. Mereka menjaga “harga diri” dan “nama baik” mereka melalui kualitas buku yang diterbitkan. Jika buku yang diterbitkan ternyata ditulis oleh orang yang bukan ahli di bidangnya atau mengandung informasi palsu yang bisa berdampak buruk, maka penerbit bisa terkena masalah hukum dan reputasi.
Karena itu, pembaca sering kali mengenal penerbit yang mampu menjamin kualitas intelektual dalam buku yang diterbitkan.
Ada beberapa contoh untuk ini:
Diterbitkan oleh:
Tidak mungkin sekelas Oxford berani menerbitkan buku ecek-ecek yang berisi data ngawur dan ditulis oleh orang tidak jelas. Nama baik sebagai salah satu instansi pendidikan terbaik dunia jelas dipertaruhkan jika ternyata bukunya adalah buku sampah.
Untuk penerbit luar negeri butuh riset lagi bagi teman-teman yang masih baru masuk ke buku impor. Selain asing, jumlahnya juga banyak.
Masalahnya, tentu saja bahasa. Ingin tahu seberapa kredibel misalnya penerbit Penguin Book? Jelas harus buka websitenya dan membaca ulasan tentangnya.
[12]
Solusinya, sudah tersedia banyak ulasan berbahasa Indonesia. Lagipula pembaca yang masuk ke buku impor jelas sudah paham tentang kemampuan bahasanya. Ada kamus, mudah sekali.
IRCiSoD adalah salah satu penerbit yang menerbitkan buku-buku bagus seputar pemikiran dan ilmu pengetahuan.
[13]
Saya berani jamin kualitas terbitan darinya.
Mizan sudah pasti terpercaya. Jangan salah, Mizan merupakan salah satu penerbit senior yang terus menjaga kualitas buku miliknya.
Dua buku ini adalah contoh nyata dari kombinasi aspek primer, khususnya poin pertama (penulis) dan kedua (penerbit). Buku di sebelah kiri disusun oleh seorang ulama Syi’ah yang memiliki nasab langsung kepada Rasulullah, mewakili perspektif Syi’ah yang memberikan jawaban jujur dan mendalam dari sumber yang berkompeten. Buku ini merupakan dialog intelektual antara penyusun dan Syaikh Salim, Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, yang mewakili pandangan Sunni. Buku tersebut diterbitkan oleh Mizan, penerbit yang terkenal menjaga kualitas intelektualnya, dan diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir—penerbit yang baik biasanya juga memperkenalkan penerjemahnya, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kualitas intelektual. Buku ini menjadi salah satu referensi penting dan sangat dicari oleh banyak pembaca.[15] Buku ini sudah saya bahas:
Jawaban Luffy D. Amrullah untuk pertanyaan mengenai buku yang sangat disukai namun tidak bisa direkomendasikan untuk semua orang dan alasan di baliknya.
Sedangkan buku di sebelah kanan adalah karya dari Abubakar Aceh, penulis yang sudah tidak asing lagi.[16] Namun, buku ini diterbitkan oleh penerbit yang kurang dikenal, terutama oleh pembaca zaman sekarang. Maklum, ini adalah buku lama (cetak keenam tahun 1989, mungkin kamu bahkan belum lahir). Kedua buku ini menunjukkan kualitas tinggi dengan mengikuti pola aspek primer pertama (penulis) dan kedua (penerbit). Terkadang, kita menemukan kombinasi keduanya seperti pada buku kiri, tetapi tidak selalu demikian, seperti pada buku kanan.
Penerbit berkualitas cukup banyak, seperti Gramedia, KPG, Pustaka Pelajar, Bentang, dan Penerbit Ombak. Penerbitan ini selalu memiliki koneksi erat dengan penulis mereka. Semakin sering membaca buku, kamu akan semakin memahami bahwa setiap penerbit memiliki “warna” khas yang mencerminkan pendekatan intelektual mereka, mirip seperti perbedaan antara membaca artikel opini dari Kompas dan Jawa Pos, di mana jelas terlihat perbedaan pola pikir dan selera.
Penting untuk memahami aspek ini secara objektif. Sekali lagi, penerbit yang kurang dikenal tidak selalu menghasilkan buku berkualitas rendah.
Informasi di Dalamnya
Aspek ini lebih subjektif, karena buku harus memenuhi sebuah pertanyaan radikal:
“Apa manfaat yang kamu dapatkan dari membaca buku ini?”
Sebelum membeli buku, pastikan bahwa isi buku tersebut memenuhi beberapa syarat:
- Berisi informasi penting. Hindari buku yang tidak memiliki nilai informasi yang signifikan.
- Sesuai kebutuhan. Buku yang baik adalah yang menambah keterampilan, ilmu, atau relevan dengan studi dan karier profesionalmu.
- Eksklusivitas. Jika informasi yang ada dalam buku banyak tersedia gratis di internet, sebaiknya lewati. Pastikan bahwa data dan pengetahuan yang diberikan benar-benar eksklusif sehingga pembelian buku tersebut bernilai.
Ketiga syarat ini seharusnya menjadi dasar pertimbangan sebelum membeli buku, terlepas dari apakah kamu menyukai buku tersebut atau tidak. Jika hanya berfokus pada minat atau passion, kamu bisa saja melewatkan buku berkualitas tinggi dan terjebak dalam bacaan biasa-biasa saja atau di bawah rata-rata. Seringkali, buku berkualitas justru tidak terlihat menarik pada pandangan pertama, atau terasa terlalu berat. Namun, selama memenuhi tiga syarat tersebut, buku itu layak untuk dibaca.
Buku-buku tersebut memenuhi semua kriteria aspek primer dan tiga syarat tersebut. Buku semacam ini merupakan contoh buku keilmuan yang penting, dan tentunya berisi banyak hal yang tidak ada di internet.
Buku ini sudah pasti sangat penting dimiliki khususnya oleh siapapun yang bertanya, “Emang bisa agama nyambung ama sains?” Bisa dilihat, nama Mehdi Golshani muncul.
[17]
Ini adalah nama yang sesuai dengan aspek pertama di atas.
[20]
Isinya:
Buku semacam ini benar-benar membuka cakrawala pengetahuan dan mendapatkan ilmu yang sangat mahal. Makanya, isi menjadi pertimbangan yang sangat penting apakah kamu harus membelinya atau tidak.
Salah satu kriteria buku yang penting adalah buku semacam ini: aku menyebutnya buku kategori rujukan.
Beberapa penampakannya:
Dari mana bisa tahu isinya memenuhi syarat? Tanpa buka segel pun sebenarnya bisa diketahui dengan mudah. Seperti poster film, kita tahu itu film nanti isinya bahas hantu atau percintaan. Trailer film sama seperti bagian belakang buku yang menampilkan deskripsi singkat tentang gambaran keseluruhan isi. Misalnya:
Merupakan bagian belakang dari buku:
Tanpa melihat isi pun seharusnya sudah bisa dipahami buku ini membahas apa dan kenapa harus dibeli. Buku ini merupakan salah satu buku yang bisa digunakan sebagai rujukan penting untuk mencari judul buku terbaik lainnya.
Buku tersebut, hanya dari cover depannya saja sudah ketahuan bahas apa. Semua itu memenuhi kriteria aspek primer dan membelinya akan sangat memuaskan dahaga keilmuan. Semua orang tahu siapa Ibn Khaldun, Carl Sagan, Woodward dan Borges.
Ini salah satu buku yang sangat sulit dicari, harganya juga lumayan. Dua jilid yang memenuhi semua kriteria aspek primer, benar-benar contoh buku yang harus segera dimiliki tanpa perlu pikir panjang. Ada banyak nama-nama besar di sana, dan berisi informasi yang benar-benar penting dan tidak ada di tempat manapun lagi.
[26]
Buku semacam ini harus jadi prioritas utama.
Ini juga salah satu buku yang menampilkan informasi penting dan benar-benar contoh yang tepat untuk kategori buku yang harus segera dimiliki. Ditulis oleh empat profesor psikologi, menggunakan sekitar 1300 rujukan ilmiah hanya untuk meluruskan mitos-mitos yang populer di sekeliling kita.
[27]
Salah satu mitosnya sudah saya bahas di Quora:
Jawaban Luffy D. Amrullah untuk Apa saja contoh pseudosains yang terkenal di dunia dan di Indonesia?
Jadi, buku yang berkualitas harus dilihat dari aspek ini.
Sekarang masuk ke aspek sekunder.
Pertama, cover.
Katanya tidak boleh menilai buku hanya dari cover-nya. Memang iya, tapi buku bagus tidak akan sekali-kali meremehkan desain sampul. Lagipula orang melihat awal dari buku apanya jika bukan sampul?
Maka ini merupakan aspek sekunder yang sangat penting. Saya beberapa kali mendapat buku bagus hanya karena menganggap sampulnya sangat cantik. Contohnya:
Paling awal yang membuatku langsung mengambilnya tanpa berpikir panjang adalah, bukan tulisan “The International Best Seller” di atas, nama penulis (meskipun sudah kenal sejak awal), tulisan “Winner of the Aventis Science Book Prize” (penghargaan bergengsi semacam ini cukup berhasil menarik minat pembeli), atau lainnya, melainkan desain cover yang menurutku sangat cantik. Desain yang sebagus itu untuk kualitas buku sehebat ini. Buku ini masuk dalam list “10 Buku Untuk Memahami Segalanya” atau “Daftar Buku yang Harus Dibaca Sebelum Kamu Meninggal” oleh bookish.
Lihat dan siapapun akan setuju denganku bahwa ini buku bagus karena desainnya sangat-sangat cantik. Ketiganya kubeli secara terpisah, dan yang pertama kumiliki adalah The Geography of Genius.
[29]
Jujur, saya membelinya benar-benar karena pertimbangan cover yang cantik. Waktu itu belum kukenali siapa Eric Weiner. Penerbitnya juga cukup jarang muncul. Tapi, lihatlah, ada Monalisa di sana, kuil Athena dan tidak perlu berpikir terlalu lama untuk memutuskan membawanya pulang. Ini benar-benar buku yang bagus, dan saya punya ketiga-tiganya.
Aspek ini memang sangat berisiko salah pilih, tapi sekali lagi, cover itu penting.
Kedua, tokoh yang memberi pengantar.
Ini salah satu aspek sekunder yang bisa membantumu menentukan kualitas buku.
Pesantren Lirboyo kediri sudah tidak diragukan lagi kapasitas keilmuannya dalam bidang agama khususnya fikih.
[30]
Maka, buku-buku agama terbitan Lirboyo menjamin kualitas intelektual karena langsung ditulis oleh santri yang expert dalam bidang fikih (al-Faqih). Buku tersebut jelas memberikan sebuah wawasan yang penting dari hubungan fikih dan dunia medis. Di buku tersebut sudah diverifikasi melalui proof reading oleh para dokter secara langsung. Santri jelas bukan ahli kesehatan, tapi membahas dunia medis melalui kacamata fikih sudah menjadi pembahasan yang telah lama dilakukan di pesantren. Ini butuh verifikasi langsung dari ahli medis itu sendiri. Makanya, aspek sekunder ini cukup penting diperhatikan.
Ketiga, originalitas.
Buku yang paling baik jelas yang bukan terjemahan. Contohnya:
Kitab-kitab tersebut merupakan kitab asli yang sesuai dengan bahasa asal dari penulisnya, yakni Arab. Kiri atas membahas tentang perbandingan madzhab karya Ibn Rusyd, kanan membahas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang hukum agama (ahkam) karya Syekh Ali as-Shobuni, dan bawah membahas tentang hadis dan segala perbedaan pendapat di dalamnya karya Imam Syafi’i.
[33]
Mengapa demikian? Sebab jika buku sudah diterjemahkan, maka ada kemungkinan maknanya sudah digeser oleh penerjemah. Meskipun ini bisa diperdebatkan, tapi buku terjemahan nilainya selalu di bawah dari buku dengan bahasa aslinya.
Tentu saja tidak selalu mudah untuk mendapatkan buku original (bahasa asli). Masih mending jika Bahasa Inggris. Bagaimana dengan Yunani, Jerman, Mandarin dan bahasa-bahasa yang jarang dipelajari? Daripada tidak sama sekali, terjemahan bisa menjadi solusi. Hanya saja harus benar-benar selektif terutama melihat penerbitnya dan siapa yang menerjemahkan. Buku karya Gibran, Darwin dan Plato di atas merupakan buku yang penting untuk mengetahui secara langsung dari perspektif tokoh sekaligus penulis ini.
[36]
Jadi, harus diketahui dulu buku itu original atau terjemahan. Jika sudah mampu memahami bahasa asing, jangan lupa untuk membaca versi originalnya.
Pasti ada perbedaan antara makna di kalimat original dengan terjemahan. Biasanya saya memang memulai dari buku terjemahan yang kubeli, lalu baru download versi originalnya walaupun hanya PDF (pertimbangan dana, heuheu). Buku di atas merupakan salah satu contoh yang kubuat perbandingan atas aspek sekunder ini.
[37]
Keempat, pendapat pembaca (bookish) lain.
Pembaca selalu memiliki komunitasnya sendiri, entah secara formal misal komunitas literas maupun bebas seperti hanya hubungan pertemanan. Di Quora sendiri banyak Ruang yang membahas buku seperti Bahas Buku, Literasi dan Sastra dan banyak lagi. Perkumpulan semacam ini sangat penting agar kamu tahu komentar pembaca lain dari suatu bacaan yang sudah dibaca. Selain itu, juga bisa digunakan sebagai ajang bertukar informasi dan saran, barangkali kamu butuh referensi tentang topik tertentu, bookish bisa memberikan saran-saran judul terbaik. Saya sendiri memiliki komunitas yang berisi para pembaca di Banawa Sekar Academia.
[38]
Juga, saya secara pribadi selalu bertanya secara langsung ke teman-teman saya yang merupakan pembaca kelas atas. Biasanya memang kami saling berbagi informasi, misal si A minta saya rekomendasi buku tema sosial, atau si B bertanya sambil kasih foto sampul apakah buku ini layak dibaca.
Terakhir, tentang best seller.
Tidak selalu label best seller pasti juga buku bagus. Label ini berlaku sebagai kuantitas tapi tidak selalu mewakili kualitas. Cukup banyak judul best seller yang sebenarnya tidak berisi hal yang penting dan bagus, tapi menjadi best seller karena strategi pemasarannya yang bagus dan masif. Sebenarnya saya ingin sebut judul, tapi sebaiknya jangan deh.
Kemungkinan selalu ada. Maksudku, best seller tidak bisa jadi acuan utama sebuah kualitas. Tapi tentu ada banyak judul yang best seller tapi juga sebagus itu. Contohnya:
Dua judul ini merupakan judul penyandang best seller yang sangat terkenal. Setelah membacanya, memang isinya sebagus itu. Layak sekali menyandang gelar best seller.
[40]
Jadi, tiga aspek primer dan lima aspek sekunder di atas setidaknya bisa jadi semacam acuan untuk memilih buku. Saya selalu menggunakan kriteria tersebut, dan tentu saja selalu menggunakan intuisiku sendiri. Karena sudah akrab dengan buku sejak usia belia, rasanya dari kejauhan pun bisa merasakan judul-judul bagus yang minta kupinang. Ada semacam tarikan dari energi tak kasat mata, dan suara yang sangat lembut yang memintaku untuk mendatanginya. Intuisi, dan kemampuan mendengar voice of all things konon katanya bisa dimiliki jika sudah sangat akrab dengan buku. Zehahahaaa..
Jika ada tambahan, sangat senang kuterima.
Semoga bermanfaat!
Terima kasih sudah membaca:)
Catatan Kaki
Brian Cox (physicist) – Wikipedia
[3]
https://scholar.google.co.id/citations?user=BjuAqfcAAAAJ&hl=en
[5]
LADUNI.ID – Layanan Dokumentasi Ulama dan Keislaman
[6]
Natalie Angier – Wikipedia
[7]
Profil KH Agus Sunyoto, Sejarawan Berdedikasi Tinggi
[8]
https://geraldinebrooks.com/
[11]
Chris Columbus (filmmaker) – Wikipedia
[12]
Penguin Books – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[13]
Toko buku online terpercaya dan terlengkap
[15]
Dialog Sunnah Syiah : surat menyurat antara Asy-Syaikh Salim Al-Bisyri Al-Maliki, Rektor Al-Azhar, Mesir dan As-Sayyid Syarafuddin Al-Musawi Al-Amili, ulama besar Syi’ah / Syarafuddin Al-Musawi ; penerjemah, Muhammad Al-Bagir | OPAC Perpustakaan Nasional RI.
[16]
Aboebakar Atjeh – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[17]
Mehdi Golshani – Wikipedia
[18]
Pemikiran Mehdi Golshani tentang Dialektika Agama dan Sains
[19]
RELASI AGAMA DAN SAINS DALAM PANDANGAN MEHDI GOLSHANI
[20]
Kontribusi Konsep Sains Islam Mehdi Golshani dalam Menyatukan Epistemologi Agama dan Sains
[21]
“By The Book”: Rekomendasi Buku dari Para Penulis Hebat
[22]
Ibnu Khaldun – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[23]
Carl Sagan | Biography, Education, Books, Cosmos, & Facts
[24]
Keunikan Islam Nusantara dalam Buku “Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan” – Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Sarang
[25]
Jorge Luis Borges – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[26]
Menolak Wabah (Suara-Suara Dari Manuskrip, Relief, Khazanah Rempah dan Ritual Nusantara)
[27]
50 Great Myths of Popular Psychology – Wikipedia
[28]
The Elegant Universe: Superstrings, Hidden Dimensions, …
[29]
The Geography of Genius: A Search for the World’s Most …
[30]
Pondok Pesantren Lirboyo dengan Segala Ceritanya – Suluk.ID Nahdlatul Ulama Tuban
[31]
Bidayatul Mujtahid – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[32]
Syekh Ali As-Shabuni Wafat, Ini Biografi Serta Perjalanan Rihlah Ilmiah Beliau
[33]
Ikhtilaf al hadits / Imam Muhammad ibn Idris As Syafi’i
[34]
Kahlil Gibran – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[35]
Charles Darwin – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[36]
Plato – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[37]
Ulasan Buku Para Penjaga Ilmu: Dari Alexandria Sampai Internet
[38]
https://instagram.com/banawasekaracademia.id?igshid=YmMyMTA2M2Y=
[39]