Membangunkan kedua anak tidak terlalu sulit saat mereka masih kecil.
Anak perempuan agak lebih suka menjadi lebih muda. Suami saya adalah orang yang bertanggung jawab untuk membangunkannya. Dia akan memeluk dan mencium anaknya sampai dia menangis.”Jenggotnya Papa seperti parutaaannnn!” Itu adalah sirene yang menunjukkan bahwa anak saya sudah bangun.
Untuk pria, lebih mudah. Rasa masakan saya akan membuatnya terbangun. Saya akan tetap menumis bawang merah dan cabe jika saya malas memasak. Sebenarnya, tumisan bamer-cabe yang disebut Sambal Mbe di Bali adalah makanan yang enak dicampur nasi hangat.
Lalu saya punya anak angkat (ponakan suami), ini paling sulit dibangunin. Makanya klo sekolah jam 7, dari jam 5 sudah proses membangunkan. Mulai dari alarm, ngidupin TV, sampai menaruh handuk basah di kakinya.
Sekarang mereka sudah dewasa dan memiliki jadwal sendiri, jadi tidak perlu membangunkan mereka lagi. Karena itu, saya dapat menghabiskan waktu lebih lama dengan suami saya.
Membangunkan anak tidak boleh dilakukan dengan teriakan atau bentakan yang mengejutkan. Saya pernah membaca bahwa itu akan merusak syaraf. Klo saya pribadi sih karena memang gak suka dengar suara dengan intonasi tinggi, jadi saat mertua atau suami melakukan itu, rasa ingin membunuh langsung mencuat.