Sebenarnya, satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan menghindari pertanyaan filsafat itu sendiri dan mempertahankan jarak antara filsafat dan iman. Karena iman pada dasarnya adalah percaya. Percaya, yang dalam bahasa arab disebut aamana, dalam bahasa ibrani disebut Emunah, dan dalam bahasa latin disebut Pisti, berarti tidak mengetahui tetapi memutuskan untuk meng-iya-kan, atau membenarkan. Namun, filsafat berarti mencari tahu, menyelidiki, sehingga kita menjadi orang yang tahu daripada orang yang percaya.
Menurut Chandra Mohain Jain, seorang profesor filsafat India, bahwa:
Kepercayaan yang tidak buta tidak ada. Orang yang memiliki mata tidak percaya akan cahaya; mereka tahu tentang hal itu dan tidak perlu mempercayainya.
Jadi, orang yang takut filsafat adalah orang yang takut akan berbagai kemungkinan atau untuk menjadi tau.