Bagaimana caranya lebih peduli dengan diri sendiri?
Share
Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Mungkin kamu bisa melakukan refleksi dengan sedikit ringkasan soal isi buku The Giving Tree.
Cerita ini berkisah soal pohon apel yang bersahabat dengan anak lelaki. Si pohon selalu memberikan apapun yang diminta si anak, Meskipun anak itu tidak pernah bermain lagi dengannya dan hanya datang ketika membutuhkan sesuatu saja. Awalnya pohon itu memberikan apelnya, lalu dahannya, lalu batangnya. Akhirnya ia tinggal bersisa tunggul saja.
Sampai suatu hari si anak meminta pohon untuk membuatkan rumah. Dan pohon mengatakan permintaan itu sudah keterlaluan.
Hingga si anak menyadari perasaan si pohon dan menanyakan kabar. Pohon akhirnya cerita kalau ada tupai merah yang kini tinggal di batang pohon tetapi juga khawatir dengan efek jangka panjangnya jika mereka bersarang di situ. Jadi anak itu menelepon ahli tanaman lokal yang menjelaskan kalau tupai tidak makan kayu, mereka hanya membangun sarang di lubang yang sudah ada, jadi pohon itu tidak terancam bahaya. Pohon apel sangat lega. Begitu juga dengan anak itu. Dia menyayangi temannya dan sangat prihatin dengan kesehatan jangka panjangnya karena pohon itu telah mengajarkan dia pentingnya empati.
Berlanjut lah, si pohon dan anak laki-laki itu saling menjaga satu sama lain. Mereka sama-sama nyaman menyadari ada yang menjaga mereka. Anak laki-laki itu masuk ke sekolah kuliner. Pohon apel mengambil kursus online untuk mendapat sertifikasi di bidang manajemen bisnis kecil. Mereka mengerjakan PR bersama hampir setiap hari.
Anak lelaki itu menjadi koki pastry. Bersama, mereka membuka toko roti, menjual pai apel terbaik yang pernah dirasakan semua orang. Toko itu menghasilkan untung dalam delapan belas bulan pertama, yang mana sangat jarang.
Akhirnya… Anak lelaki itu mempunyai anak sendiri. Dan nantinya, anak dari anak lelaki itu akan mempunyai keluarga sendiri juga. Karena pertemanan mereka, anak lelaki itu menjadi sukses dan puas. Pohon apel itu tumbuh lebih lebar dan kokoh, menjulang tinggi dan indah di hutan hingga tahun-tahun yang sangat, sangat, sangat lama. Ditambah lebih beberapa tahun lagi setelah itu.
Dan ketika setiap generasi bermain di dahan tuanya yang kuat, pohon itu sering mengingat hari yang menentukan di mana anak lelaki itu meminta sebuah rumah padanya. Sebenarnya, ia akan dengan senang hati memberikan dahannya untuk membangun rumah. Ia bahkan akan memberikan batangnya untuk membangun perahu. Sebesar itu ia mencintai si anak lelaki.
Tapi, jika begitu, ia tidak akan mempunyai apa-apa yang tersisa. Tidak untuk dirinya sendiri, atau orang lain. Dan tidak akan pernah ada rumah untuk tupai-tupai merah. Tidak akan ada petak umpet dengan cucu-cucu anak itu. Tidak akan ada toko roti dengan pai apel terbaik yang pernah dirasakan semua orang!
Membuat batas yang sehat adalah bagian yang sangat penting dari berbagi. Itu akan memastikan kamu bakal selalu punya sesuatu yang tersisa untuk dibagi.
Akhirnya, pohon apel itu merasa bahagia.
Semuanya merasa bahagia.