Mengenal Chiang Kai-shek: Seorang Pemimpin Militer Asia yang Mirip dengan Banyak Pemimpin di Negara Berkembang
Chiang Kai-shek adalah sosok pemimpin militer yang sering kita temui di negara-negara Asia atau negara berkembang lainnya, seperti Park Chung-hee di Korea Selatan, Ferdinand Marcos di Filipina, Augusto Pinochet di Chile, Mobutu di Kongo, dan Presiden Suharto di Indonesia. Mereka adalah pemimpin nasionalis yang mencintai negaranya, bertekad untuk memajukan bangsa, dan sering kali mendapat dukungan kuat dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat.
Para pemimpin ini memandang dunia Barat sebagai kiblat kemajuan, sehingga mereka percaya bahwa kunci untuk memajukan negara mereka juga berada di Barat. Mereka mendatangkan konsultan pembangunan dari Barat dan rela membayar mahal, dengan biaya yang umumnya didapat dari utang pada negara-negara Barat.
Meskipun mereka percaya bahwa rakyatnya mampu maju, mereka juga yakin bahwa kemajuan itu hanya bisa dicapai di bawah kepemimpinan kaum elit bangsanya. Oleh karena itu, kehidupan para pemimpin ini, termasuk Chiang Kai-shek, erat dengan kalangan elit, pengusaha kaya, bankir, industrialis, dan pebisnis di kota-kota besar seperti Shanghai. Chiang percaya bahwa elit inilah yang memiliki kemampuan untuk membangun Tiongkok.
Sebagai contoh, ketika Chiang Kai-shek membangun tentaranya, ia mencari dana dari Amerika Serikat dan menunjuk sahabat dekatnya untuk mengelola pembelian seragam, senjata, dan mendatangkan penasihat militer AS. Semua itu didanai oleh utang dan bantuan dari Amerika Serikat—strategi yang sering kita lihat di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pandangan Chiang Kai-shek tentang Pembangunan
Bagi Chiang Kai-shek, pembangunan adalah investasi besar yang hanya bisa dilakukan oleh pemilik modal besar, dengan modal, ilmu, dan teknologi yang dibawa oleh elit lokal dan pemodal asing. Oleh karena itu, ia sering mendatangkan investor asing, sehingga ekonomi pun didominasi oleh pemodal global. Alhasil, pembangunan ekonomi dikuasai oleh elit kaya, pemodal global, dan konsultan asing yang tidak hanya menguasai modal, tetapi juga ilmu pengetahuan, teknologi, dan akses ke pengambilan keputusan negara.
Di bawah Chiang Kai-shek, Republik China merupakan gambaran negara berkembang yang mengikuti pola Barat, dengan peran penting dari World Bank dan IMF. Pembangunan berfokus pada kota-kota besar, dan dikendalikan oleh elit lokal, pemodal global, serta konsultan Barat, sementara sistem politiknya mengadopsi demokrasi model Barat.
Republik China ala Chiang Kai-shek
Jika Chiang Kai-shek berhasil memenangkan perang saudara, Republik China di bawah kepemimpinannya akan mirip dengan Korea Selatan, dengan sekelompok kecil elit borjuis kaya di kota-kota besar, seperti yang sering kita lihat dalam drama Korea. Sementara di sisi lain, terdapat massa miskin yang luas, seperti Guryong Village, kawasan kumuh di dekat Seoul, Korea Selatan.
Di bawah Chiang Kai-shek, teknologi dan politik China akan berada sepenuhnya di bawah kontrol AS, menjadikan China sebagai negara bawahan Amerika Serikat, serupa dengan Korea Selatan dan Jepang. Jalan yang ditempuh Chiang Kai-shek adalah jalan yang kita lihat di banyak negara berkembang; ekonomi yang berkembang namun tetap dalam dominasi Barat, khususnya Amerika Serikat.