Saya mulai belajar tentang literasi finansial ketika usia saya memasuki kepala empat. Memang agak terlambat, terutama ketika melihat banyak anak muda yang sudah memiliki kesadaran finansial sejak dini. Namun, saya percaya tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang positif.
Saya pernah terjun ke trading Forex tanpa pengetahuan yang memadai, dan hasilnya, saya mengalami kerugian besar hanya dalam waktu dua minggu! Terkejut dan bingung, saya kehilangan 60 juta rupiah dalam waktu singkat. Baru kemudian saya sadar bahwa itu adalah investasi dengan risiko tinggi!
Saya harus bertahun-tahun untuk melunasi utang akibat kerugian tersebut. Syukurlah, keuangan keluarga tidak sampai collapse. Pengalaman ini menjadi pelajaran berharga, yang saya sebut sebagai biaya pendidikan saya.
Perubahan besar yang saya alami adalah perubahan mindset. Dulu, saya hanya berpikir sebagai seorang pegawai. Namun, saya mulai berbisnis di bidang IT, meskipun tanpa pengalaman dan bertahun-tahun mengeluarkan dana tanpa hasil. Saya mulai membaca buku seperti seri “Rich Dad Poor Dad” oleh Robert Kiyosaki, yang membantu saya memahami konsep-konsep seperti kuadran ESBI, cashflow, laporan keuangan, dan aset. Saya kemudian merintis usaha jualan online dengan tujuan mendapatkan pengalaman sebelum mengajarkan anak-anak tentang literasi finansial.
Saya menyadari pentingnya pemahaman finansial, dan memutuskan untuk menggunakan kredit untuk investasi. Dengan memanfaatkan selisih bunga sebagai passive income, saya mulai merasakan manfaat dari passive income. Ini benar-benar mengubah mindset saya.
Dalam setahun terakhir, saya dan anak saya berfokus pada penumbuhan aset. Saya sangat terkesan ketika melihat aset kami tumbuh 100% setiap bulan. Anak saya, dalam waktu kurang dari satu tahun, berhasil membukukan aset lebih dari 100 juta rupiah dengan modal awal sekitar 4 juta rupiah.