Waktu itu saya sedang stress berat. Sebetulnya sudah lama saya denial, merasa bisa menuelesaikan masalah sendiri, yak butuh bantuan profesional. Beberapa tahun sebelumnya saya memang pernah konsultasi beberapa kali dengan psikolog, tapi karena satu dan lain hal saya tidak melanjutkan. Gejala yang saya rasakan memang hilang timbul. Ada episode-episode di mana saya down sekali, lainnya saya merasa biasa saja. Tapi saya merasa saya masih bisa memanage semuanya sendirian.
Sampai suatu waktu, saya mulai tidak bisa mengendalikan pikiran saya. Pikiran-pikiran mengerikan mulai menguasai saya, satu persatu secara impulsive saya mulai melakukan apa yang ada di pikiran saya. Misalnya saat saya sedang membawa gelas, pikiran saya menyuruh saya untuk memecahkan gelasnya dengan membenturkannya ke ujung meja, dan saya langsung melakukan itu. Di lain waktu saya menyakiti diri saya sendiri. Dan beberapa hal mengerikan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan di sini.
Sebetulnya saya mau konsultasi ke psikolog, tapi saya tahu menemukan psikolog yang cocok itu seperti menemukan jodoh. Karena dari pengalaman saya sebelumnya pun saya harus berganti psikolog karena tidak cocok. Membayangkan saya harus gonta-ganti mencari psikolog yang cocok saja saya sudah lelah duluan. Apalagi saya enggan menceritakan keseluruhan keluhan yang saya rasakan karena saya takut akan penghakiman dari orang lain. Jadi saya menunda-nunda hal itu.
Sampai akhirnya pikiran saya tambah mengerikan dan saya mulai membayangkan untuk menyakiti orang lain. Bahkan bukan sekedar orang asing, tapi otak saya dengan jelas menggambarkan saya menyakiti adik kecil saya sendiri yang sangat saya sayangi ketika saya sedang menemaninya bermain.
Karena saya takut hal itu akan jadi kenyataan seperti pikiran-pikiran saya sebelumnya, saya langsung mencari-cari psikolog. Tapi saya tidak punya budget yang cukup untuk mendatangi psikolog yang biasa. Akhirnya saya mencoba berkonsultasi dengan psikolog di aplikasi alodokter. Memang tarifnya sangat murah, dan saya sudah menyiapkan mental untuk kecewa. Tapi rupanya saya masih bisa dibuat terkejut oleh kekecewaan saya terhadap sesi konsultasi yang saya lakukan di aplikasi tersebut.
Sudah panjang lebar saya menjelaskan apa yang saya rasakan, psikolog saya malah menjawab “tidak tahu” saat saya tanya apa yang salah dengan saya. Rasanya seperti sudah serius-serius bertanya, tapi malah dijawab dengan meme YNTKTS.
Dia malah menceritakan bahwa dia memiliki pelanggan yang menyukai membayangkan siksa neraka, dan dia melukisnya hingga orang-orang Amerika membelinya untuk sampul album band metal. Psikolog itu bahkan mengatakan bahwa “lumayan bisa jadi peluang bisnis” jika saya melukis ide-ide gila saya. Lebih parahnya lagi, dia mengatakan kepada saya, “Setiap kamu mau melakukan itu, karetin aj tangan kamu,” saat saya menanyakan langkah apa yang harus saya ambil untuk mencegah tindakan yang sudah ada dalam pikiran saya.
Meskipun saya sudah berusaha menghilangkan rasa malu saya dengan menceritakan semua keluhan yang saya alami, saya merasa tidak dianggap serius. Saya akhirnya menyelesaikan sesi konsultasi dengan cepat dan tidak akan mau lagi berkonsultasi melalui aplikasi itu.