Saya memiliki teman yang suka fine-dining, high-tea, dan sejenisnya. Menurut mereka, makanan bukan hanya tentang makan, tetapi juga memiliki unsur seni. Salah satu aspek seninya adalah untuk bersosialisasi. Jadi sebenarnya mereka berkumpul dengan teman-teman mereka untuk bercengkerama sambil menikmati makanan (tidak seperti saya yang makan sambil bercengkerama).
Rumah makan fine-dining memberikan hal-hal berikut:
(1.) Menciptakan suasana yang kondusif untuk bersosialisasi (atau bermesraan untuk pasangan), selain menikmati hidangan yang disajikan.
(2.) Tentunya, pelayanan mereka sangat memperlakukan tamu dengan sangat baik dan anggun. Mereka tidak hanya menyajikan makanan, tetapi juga memberikan pengalaman yang istimewa.
(3.) Intinya, dalam ilmu pemasaran, ada yang disebut sebagai core product, tangible product, dan intangible product.
Mari saya jelaskan terlebih dahulu tentang tangible product. Tangible product adalah produk yang berbentuk barang yang dapat Anda konsumsi. Contohnya adalah makanan dan minuman itu sendiri. Sedangkan intangible product adalah produk yang tidak berwujud barang. Misalnya, pelayanan, seni penyajian, suasana, musik latar belakang, dan sebagainya. Jadi, restoran fine-dining atau high-tea mahal karena meskipun ukuran tangible product-nya kecil, tetapi intangible product-nya sangat beragam.
Nah, sekarang saya akan menjelaskan mengenai core product. Inti dari produk adalah alasan mengapa Anda mengonsumsi produk tertentu. Seperti bersosialisasi, merasakan sensasi menjadi juragan sesaat, memamerkan di Instagram, dan lain sebagainya. Inti dari produk ini yang memotivasi konsumen untuk mengeluarkan banyak uang hanya untuk sepotong hidangan kecil.
Oleh karena itu, restoran fine-dining berani menetapkan harga yang sangat tinggi karena mereka yakin bahwa mereka dapat memenuhi kebutuhan konsumen mereka, sehingga ada konsumen yang bersedia membayar mahal untuk hidangan mereka yang porsinya kecil (dan menurut pendapat saya, rasanya kurang memuaskan).
Itulah alasan yang masuk akal dalam ilmu pemasaran (meskipun secara logika, saya tidak bisa menerimanya). Ini adalah alasan yang masuk akal bagi saya: porsi yang besar, banyak dagingnya, bumbunya lezat, dan harganya wajar.