Angkasa meluas bukan karena teknologi kita semakin bisa menlihat lebih jauh. Juga kita tidak bisa menjangkau ujungnya bukan karena saking luasnya angkasa. Ini adalah dua hal yang terpisah.

Angkasa meluas secara fisik berdasarkan pengamatan Hubble. Pengamatan itu kira-kira seperti ini.

Hubble “menembak” sebuah bintang dengan teleskopnya lalu mengarahkan sinar yang tertangkap pada sebuah prisma, kemudian prisma akan menghasilkan pelangi.. Hubble mengamati bahwa pelangi itu cenderung menjadi sinar merah.

Hal itu sesuai dengan efek Doppler, bahwa kita akan mendengar frekuensi yang semakin rendah seiring jaraknya menjauh dari kita.

Jadi bintang yang diamati Hubble memang menjauh karena frekuensi cahayanya semakin rendah. (Frekuensi cahaya mereh adalah lebih kecil dari warna lainnya.)

Ujung angkasa tidak bisa dijangkau.

Jika kita memakai sebuah pesawat dengan kecepatan cahaya, maka untuk menjangkau bintang terdekat, Alpha Centauri, diperlukan sedikitnya empat tahun. Jika ekspedisi diarahkan ke ujung galaksi kita saja, maka sedikitnya dibutuhkan waktu 950 ribu tahun. Sedangkan jarak ke ujung alam semesta belum diketahui.

Tetapi seperti Anda ketahui, semakin cepat sebuah benda bergerak, maka akan semakin banyak energi yang dibutuhkan. Untuk itu kita memerlukan mesin yang sangat besar dan berat. Dari teori relativiti-khusus Eistein, yakni m / √(1 − v2/c2), memprediksi berat sebuah pesawat berkecapatan cahaya (atau v = c) akan mencapai tak terhingga kg.

Para saintis belum pernah membuktikan hal itu langsung, tetapi mereka memiliki bukti eksperimentalnya, bukan dengan pesawat ruang angkasa tetapi dengan partikel dasar didalam akselerator partikel seperti di Fermilab atau CERN (European Centre for Nuclear Research). Mereka dapat mempercepat partikel ke 99.99 persen kecepatan cahaya, tetapi berapapun tenaga yang mereka berikan, mereka tidak bisa mencapai kecepatan cahaya.