Pernah baca buku ini?
(Sumber : Google.com)
Saat kuliah di Gramedia, saya tidak sengaja membeli buku ini. Awalnya, saya tidak terlalu tertarik padanya, tetapi setelah membacanya, saya malah terpesona.
Dalam beberapa bagian buku tersebut, saya menemukan alasan mengapa stereotype bahwa orang Tionghoa biasanya sangat pintar dalam matematika.
Coba perhatikan penggalan kalimat berikut dari buku:
“Negara dengan siswa yang bersedia untuk berkonsentrasi, duduk cukup lama, dan memusatkan diri untuk menjawab setiap pertanyaan dalam daftar yang panjang itu adalah negara yang sama di mana siswanya sukses dalam menyelesaikan soal-soal matematika.” (hlm. 280)
Ini disebabkan oleh tradisi pertanian Cina, di mana petani miskin bekerja keras di sawah selama tiga ribu jam setiap tahun dan berkata, “Tidak ada seorang pun yang bangun sebelum subuh selama tiga ratus enam puluh hari dalam satu tahun tidak mampu membuat keluarganya kaya raya.” (hlm. 281).
Ternyata, budaya bertani di sawah China adalah alasan mengapa mereka sangat pintar dalam ilmu matematika.
Sebagaimana dijelaskan dalam buku Outlier, seseorang dididik untuk menghabiskan waktu yang begitu lama dalam satu pekerjaan dalam budaya sawah.
Petani sawah memiliki kemampuan untuk mempertahankan pekerjaan mereka untuk jangka waktu yang lama, dan kemampuan inilah yang membuat keturunan mereka, yaitu penduduk China saat ini, menjadi mahir dalam matematika.
Lihat saja diagram hasil perolehan medali di Olimpiade Matematis Internasional (IMO).
(Sumber : ini)
Selengkapnya, bisa langsung dibaca saja buku Outlier untuk mendapatkan penjelasan yang lebih lengkap.