Saat saya pergi kesana, mungkin saya hanya bisa mengatakan hal-hal yang tidak dapat diterima.
Sebelum pandemi COVID-19, saya memiliki kesempatan untuk umroh pada bulan September 2019. Saya cukup terkejut karena tidak merencanakannya karena saya selalu menolak untuk pergi karena, mungkin karena saya merasa belum siap, saya selalu menolak untuk pergi.
Saya ingat guru ngaji saya mengatakan bahwa pergi ke sana semuanya “dibayar kontan” (dalam hal sikap, baik atau buruk), dan karena saya merasa banyak hal buruk yang saya lakukan sejak saya pergi dari rumah, paman saya memberi tahu saya untuk memperbanyak istighfar dan sholawat dan memohon ampun atas segala dosa saya.
6 jam perjalanan dari Jeddah menuju Madinah saya beristighfar sambil menangis.
Tetapi saat melihat hangatnya orang-orang di Kota Madinah saya cukup merasa tenang saat itu.
- Kejadian pertama yang saya ingat adalah ketika ibu saya meminta air zamzam untuk diisi di tumbler miliknya—yang saya terima setelah dzuhur. Saya biasa melakukan hal itu di mesjid Nabawi karena kebiasaan saya di Indonesia untuk menempelkan sendal jepit di pintu masuk. Saya pertama kali melakukan sholat taubat (yang saya lakukan setiap kali saya pergi ke sana), dan setelah itu saya berjalan keluar melalui jalur yang menuju Raudhah dan makam Nabi Muhammad, yang sangat padat dengan orang-orang. Saya baru mengetahui bahwa jalur itu hanya memiliki satu arah, jadi saya tidak bisa sampai ke sana. Alasan kenapa saya harus pergi ke pintu awal yang sama saat saya masuk karena sendal saya saya tinggal disana, dan suhu diluar saat itu 43° C jadi bisa anda bayangkan gimana panasnya lantai diluar masjid pada saat itu (guide saat itu memberi tahu kalo wajib memakai alas kaki di halaman masjid nabawi), karena saya rasa sudah tidak ada jalan lagi selain melewati sisi mesjid jadi saya mulai berjalan sambil bershalawat dan saat menapak ke lantai yang tersorot sinar matahari saya hanya merasakan lantai yang adem bahkan terasa sejuk, dan sepanjang jalan dari pintu belakang ke pintu depan saya hanya bisa merasakan haru sambil menitikan air mata dan beryukur karena telapak kaki saya tidak melepuh.
Pintu masuk yang saya lewati
Sisi yang terkena sorot sinar matahari dihindari oleh orang disana untuk duduk karena panas.
- Pada titik tertentu, saya mengalami mimpi di mana saya terbangun di tengah padang gurun yang tidak saya ketahui lokasinya. Saat saya membuka mata, saya melihat seseorang yang datang sambil berkuda dan berhenti di hadapan saya, dan saya melihat orang yang sangat menarik, sepertinya bersinar. Dia tersenyum dan mengulurkan tangannya kepada saya untuk membangunkan saya, tetapi saya tidak menyadari bahwa saya meneteskan air saat itu.
- Lalu ada suatu hal aneh, tetapi ini terjadi disaat saya berada di hotel ketika di Kota Mekah, jadi waktu itu setelah makan malam saya kembali ke kamar untuk mengambil rokok, dan karena saya berangkat sendiri saat itu dan orang yang sekamar dengan saya tidak merokok maka saya turun sendiri saat itu, tapi anehnya lift berhenti tidak di lobby, tetapi di lantai 3 dan keadaannya itu seperti lantai kosong yang gelap, dan saya lihat ada seorang pria tua memakai pakaian serba putih, dan menghilang dalam sekejap di hadapan saya, dan sampai sekarang saya tidak tahu makhluk apa itu, baik atau buruk.
Mungkin itu beberapa hal yang bisa saya ceritakan dari pengalaman saya pergi ke tanah suci, sebenarnya banyak cerita lainnya saat saya disana, tetapi tidak ada yang negatif lebih ke arah positif, dan beberapa cerita lainnya lebih baik saya simpan sebagai pengalaman pribadi saya sendiri.