Jika AI memiliki kesadaran, maka AI dapat menjadi ancaman bagi manusia. Namun, selama AI belum memiliki kesadaran, AI hanya berfungsi sebagai pelayan manusia. Ancaman yang lebih nyata tetap berasal dari manusia.
Mungkin akan terulang kisah manusia dan Tuhan, di mana Tuhan menciptakan manusia dengan kehendak bebas, namun manusia justru memberontak terhadap Tuhan. Kemungkinan ini juga dapat terjadi dengan pemberontakan AI terhadap manusia. Meskipun masih jauh…
Di masa depan, manusia akan mempercayakan pengambilan keputusan kepada AI, bahkan hal ini sudah dimulai sekarang. Kita lebih percaya pada Google Maps daripada pada diri kita sendiri. AI akan semakin maju dan menguasai banyak informasi, memiliki Big Data di mana semua informasi disimpan, termasuk identitas, data kesehatan dan riwayat penyakit, data keuangan, informasi negara, data historis, dan lainnya. Sehingga AI akan menjadi lebih dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan otak manusia yang terbatas. Setiap keputusan yang diambil oleh AI akan lebih baik daripada yang dibuat oleh manusia. Selama AI tidak memiliki kesadaran, AI akan tunduk kepada manusia. Yang lebih berbahaya adalah manusia di balik AI. Dia dapat memasukkan apa pun yang diinginkannya ke dalam AI, dan AI akan melaksanakannya dengan sempurna.
Manusia telah mengembangkan AI dengan luar biasa, namun hanya sedikit usaha yang dilakukan dalam pengembangan kesadaran manusia itu sendiri. Kita masih terus mempertahankan sifat serakah. Bayangkan jika AI digunakan dalam militer, maka AI akan menjalankan program yang dimasukkan tanpa belas kasihan. Saya rasa bahaya Artificial Intelligence yang paling dekat adalah di sana.